Category: poetry


Pertemuanku dengan Diri

March 2nd, 2010 — 5:54am

Pertemuanku dengan diri
menerusi Yang Esa dan 99 nama-Mu
menjadi aku kecil kehilangan harga
aku tenggelam-timbul di samudera tak ternilai-Mu
ada makhluk menarikku ke dasar
ada makhluk membimbingku
ada makhluk mempersoal jati diriku
atas dasar langkah lepasku
berkali kuserah diriku
apakah benar itu diriku
atau emosi melulu mereka

Pertemuanku dengan diri
telah kubentang luas di hari muka ini
dengan menghitung nama-Mu
dengan kudrat saki-baki usiaku
mengais-ngais di halaman bathinku
untuk menghening cipta-Mu
aku kenal siapa diriku
yang lahir tidak berbekal jalan-Mu
toh manusia Kau anugerahi
pendengaran penglihatan pemikiran
inilah aku menggunakan nikmat-Nya

Pertemuanku dengan diri
tidak kutahu sampai bila akhirnya
aku sedar diri tanggungan hidup ini
punya isteri anak dan cucu lagi
perlu dibekali sangan pangan dan omah
tidak kualpa ilmu kasbi dan laduni
agar hidup dan mati ini berbekal cukup
aku cintai mereka dengan hatiku
toh kini kedambaan terhadap Esa-Mu
mengatasi segala yang ada di bumi
fahamilah tiga anugerah-Nya yang menyelimuti diri ini!

SURATMAN MARKASAN

Woodlands Ave One
19 Zulhijjah 1428 = 29 Disember 2007

3 comments » | poetry

Yang Bukan dan Yang Tidak

March 2nd, 2010 — 5:53am

yang dikata moderat
seorang yang berfaham sederhana
tidak suka angkat tangan
tidak pernah tinggi suara
bukan golongan ekstrem
yang suka mendengar orang bicara

bukan Islam moderat
tidak ada Islam ekstream
yang wujud Islam sejati
yang melakukan perintah-Nya
yang menjauhi larangan-Nya
yang dilakukan Muhammad Rasulullah

Islam bukan pengganas
Islam tidak mengganas
Islam penyelamat ummah manusia
yang ada hanya segelintir orang
yang dicop pengganas
dari orang-orang yang senang murka

mereka membela orang-orang tersiksa
mereka punya perasaan terluka
yang menontom keadilan dinafikan
yang menyaksikan kedzaliman saban detik
mereka terpukau gelagat iblis
tidakkah kau mahu berfikir juga?

berfikirlah dengan kepala
bukan dengan perasaan
selidiklah tindak-lakunya
bukan menurut suara hasadmu
tidak ada tindakan yang tidak berpunca
melainkan tindakan orang tak berilmu!

Muhammad berbudi pekerti tinggi
dia ziarahi nenek ranta
yang sering melempari kotoran padanya
dia bukan pendendam
dia tidak mengasari sesiapapun
dia menghormati teman dan lawannya

siapa biangkeladinya angkra ini
sejak setengah dekat lalu
bukankah mereka yang mengganas
yang menafikan dunia orang-orang luka
tidakkah dunia sedar adanya kebenaran
Islam bukanlah pengganas?

dan kini bermula lagi
mereka terus menghina Pesuruh Allah
Islam tidak sofan. Islam suka mengganas
tidakkah dunia membuka matanya besar-besar?
tidakkah alam mendengar jeritan nyilu itu
jeritan orang-orang yang malang!

lemparkan biji-matamu ke Washington
berbaris vetran menulis. Tarik tenteramu dari Iraq
tujukan telingamu bulat-bulat ke arah London
suara-suara putih yang benci perang memenuhi udara
pandang dengan hatimu ke Jakarta & Kuala Lumpur
pendemo sofan menolak Bong Besar!

tidakkah kau melihat dengan matamu
beribu anak Afghan kelaparan dan buntung kaki
beribu anak Iraq menjadi yatim-piatu
beribu belia Palastina sahid yang tak disenangi ibu
bukanlah itu permintaan mereka
sebutlah angkara siapa itu? Sebutlah jujur-jujur!

SURATMAN MARKASAN

Woodlands Ave One
17 Ramadhan 1427 = 15 Oktober 2006

1 comment » | poetry

Perahunya Adalah Kalimatnya

March 2nd, 2010 — 5:49am

perahunya
yang belayar di lautan hidup
bukan perahu kertas
mainan anak-anak ketika musim hujan
bukan perahu kayu
zaman hang tuah sultan melaka
bukan perahu besi
zaman apolo angkasa lepas

perahunya adalah kalimat-kalimat-Nya
yang menatah fikir umat manusia
sejak cekerwala diwujudkan-Nya
sampai kini dan hari kesudahannya
dia diwujudkan pembawa berita benar
agar umatnya mendapat pandu ibarat
tidak tenggelam lemas di dasar segara
tidak terapung-apung di angkasa lepas
tidak sesat-barat di dunia haiwan ganas

apakah kau dalam golongan bencana
yang menokok-tambah kalimat-Nya
yang menyingkir kebenaran
yang memahkotakan kepalsuan
memecah-belah umbi fikir umatnya
menimbul-jadikan kehuru-haraan kaumnya
hingga darah berbaris di mana-mana

apakah kamu lena dalam golongan munafiq
yang mempersenda kalimat-Nya
yang menodai kewujudan-Nya
bertalu berusaha memusnahkan perahunya
tak jenuh menabur benih fitnah di tanah-tanih
lalu memutar-belit sejarah kewujudannya
hingga manusia hilang bentuk aslinya

apakah kau dari kumpulan terpencil
yang tetap mengaku umatnya
yang mengganti Pesuruh-Nya
dengan manusia pujaan sendiri
belayar dengan perahu kertas
di kolam yang disangka lautan segara
hingga kamu lemas di dalam perahu ciptaanmu

atau kamu pembela yang muncul tiba-tiba
yang mengikut secebis perintah-Nya
yang melakukan banyak larangan-Nya
kalimat-Nya kau tuduh tidak sempurna
lalu kamu sepakat sekongkol
dengan si munafiqun dan si kafirun
yang menobat dirinya sebagai tuhan

ah mungkin kamu dari kumpulan terbuang
berlagak ulama minta ditaati
menafsir kalimat-Nya demi dirimu
yang menolak dianggap jahil ilmu
yang menerima diangkat dahinya
dan kamu tertidur di dalam gua mimpimu
sirna menafsir cahaya-Nya

‘Cahaya yang di dalam rongga
rongga di dalam dinding dunia
di dalamnya ada pelita
di dalam pelita ada bola kaca
dan kaca itu laksana bintang berkilau
yang dinyalakan dari minyak pohon yang barakah
iaitu pohon zaitun yang menerima cahaya
dari timur dan dari barat
yang minyaknya minyinar terus
meskipun tiada api menyentuhnya
Cahaya di atas Cahaya
Dia menuntun kepada cahaya-Nya
siapa yang Ia berkenan
dan Dia membuat perumpamaan bagi manusia
bahawa Dia Yang Tunggal mengetahui segala’

tidakkah kamu sedar diri juga
di dalam udara bertebaran kalimat
unggas-unggas benua simpang-siur bertasbih
yang membisik ke telinga manusia supaya adil
air yang mengalir di sungai sampai ke lautan segara
mudik perahu kalimatnya tidak putus-putus
dan ikan-ikan terus berpuisi
menyeru manusia menjadi sofan-santun
dan badai tsunami yang menghempas-ganas
tidakkah kamu mengambil tamsil ibarat
itulah Tangan Kekuasaan yang membekuk keganasan

marilah kita berhenti sejenak belajar tafakur merenung
kalimat-Nya yang turun itu membawa kebenaran
dan kebenaran itu membaluti kulit-isinya
dan sesudah itu tiada lagi apa-apa
melainkan kesesatan yang nyata!
tidakkah kita mahu memahaminya
sesungguhnya kalimat-Nya membawa khabar nyata
tiap satu yang diwujud-cipta dengan ukuran tepat
tiada sesuatu pun tanpa sumber
sehingga bergerak semuanya dengan santun
tanpa tangan tanpa alat-misin apapun
melainkan terjadinya kerana terjadilah
dengan kehendak-Nya jua!

sedarkah kita?
lupakah kamu?
yang datang dari stesyen yang gelap-pekat
setengah kita terdengar sayup-sayup di kejauhan
mengajak kita menuju ke jalan kemenangan
lalu kita pun keluar dengan pandangan samar-kabur
kemudian terasa nikmat manisan di bibir
perjalanan perahu kita kadang oleng dipukul ombak
akhirnya kita tiba di stesyen seribu arah
perahu kenderaan tak terhitung banyaknya
kita bisa memilih menentukan yang mana
selepas itu tidak ada pilihan lagi
melainkan ke satu arah perjalanan saja
ke stesyen alam ghaib
menunggu perintah
tanpa pilihan!

SURATMAN MARKASAN

Woodlandsa Ave One
3 Safar 1428 = 20 Februari 2007

Berita Minggu Singapura
25 Mac 2007

1 comment » | poetry

Poem – 7

March 2nd, 2010 — 5:29am

WE TOOK FROM HIM


From generation to generation
We took His water
Gallon and gallon nonstop
From reservoirs, lakes and rivers.

From generation to generation
We took His animals, birds and fishes
From the jungles, skies and seas
For our insatiable craze for food.

From generation to generation
We took His herbs, fruits and vegetation
At the forests floors or Hills slopes
To supplement the food we partake.

All for free without question ask
Should not we be grateful?
Let there be a World’s Public Holiday
To thank God for all His sustenance!


HE IS THE OWNER


His rivers, His seas and His Oceans
He is the sole Owner
Sharing His ownership with no one
And we killed one another in vain to own them.

His lands whether countries or islands
He is the sole Owner
Sharing His ownership with no one
And we killed one another in vain to own them.

His skies including that in the outer space
He is the sole Owner
Sharing His ownership with no one
And we killed one another in vain to own them.

Are we shameless without dignity?
Claiming ownership when none exist
Instead of sharing we kill one another
Committing atrocities when He is benevolent.


HIS MERCY PRECEDES HIS ANGER


Throughout the History of Mankind
There were always that killing sprees
Whether in war, fights or melees
Millions may have died because of this.

Throughout the History of Mankind
There was always that insatiable greed
Whether in minerals, ownerships and others
Millions may have died because of this.

Throughout the History of Mankind
There was always that hatred and spiteful feelings
Due to jealousy, inheritance, parental loves and others
Millions may have died because of this.

All these events unfurled before Him
Yet He punishes none
Because His Mercy precedes His Anger
Mankind should take this generosity and REPENT!

Comment » | poetry

Poem – 5

February 19th, 2010 — 11:15pm

Son:              Dad, Imam Ghazali had said that if one knows one’s self then one knows that one do not exist.

Dad:               Son, that was what he said. To me, all creations, intangible or not, is just like an animation movie on one compact disc (cd) in God’s possession and He may have aplenty to choose from if He wants to. Hence He had commanded to the effect:

They will dwell therein (Hell) for all the time that the heavens and the earth endure, except as thy Lord willeth: for thy Lord is the (sure) Accomplisher of what He planneth.[1]

And those who are blessed shall be in the Garden: they will dwell therein for all the time that the heavens and the earth endure, except as thy Lord willeth: a gift without break.[2]

O ye who believe! if any from among you turn back from his Faith, soon will Allah produce a people whom He will love as they will love Him,? lowly with the Believers, mighty against the rejecters, fighting in the Way of Allah, and never afraid of the reproaches of such as find fault. That is the Grace of Allah, which He will bestow on whom He pleaseth: and Allah encompasseth all and He knoweth all things.[3]

Seest thou not that Allah created the heavens and the earth in Truth? If He so will, He can remove you and put (in your place) a new Creation? [4]

______________________________________________________

Son: Dad, with all the calamity throughout the world and victims reaching to hundreds of thousands, some are reconsidering the Benevolence of God. What have you to say, Dad?

Dad: Son, as I said earlier, all creations, intangible or not, is just like an animation movie on one compact disc (cd) in God’s possession and He has, I believe, a plenty of them. When you watch a movie on a cd, whatsoever happening is in the movie on the aforesaid cd, so Son, what is the big deal?

Say: Then Allah’s is the conclusive argument; so if He please, He would certainly guide you all.[5]

Son: But why is it an animation movie?

Dad: Son, the cd is, in the view of the inner eyes, is His Essence and so is the movie. Thus it is His Essence in animation. Hence He commanded to the effect:

I am The Manifest and The Hidden.[6]

What is the life of this world but play and amusement?[7]

____________________________________________________________

Son: Dad, must we accept Predestination without question?

Dad: Son, we have to accept Predestination without question for the following reasons:

1.   It is the 6th tenet of Islamic Faith as taught by God to our Beloved Prophet Muhammad [pbuh] through Angel Gabriel.[8] Once it became an Islamic tenet divinely created, it cannot be changed. Such being the case, every Muslim have to accept it without much ado.

2.   By accepting Predestination, we also accept that God is All-Wise because He had promulgated that nothing is amissed in His Divine Plan including in our Predestination.

Nothing have We omitted from the Book, and they (all) shall be gathered to their Lord in the end. [9]

3.   Unless we accept His Predestination, He will not increase our knowledge since we doubt His Greatness.

Allah is Full of Knowledge and Wisdom. [10]

And We created not the heaven and the earth and all that is between them in vain.[11]

We created not the heavens and the earth and all between them but for just ends.[12]

His are the most exalted attributes in the heavens and the earth, and He is the Mighty, the Wise.[13]

Verily never will Allah change the condition of a people until they change it themselves.[14]

Never be then of those who doubt. [15]

Those are the ones whom Allah has guided, and those are the ones endued with understanding. [16]

Say: “Are those equal, those who know and those who do not know? It is those who are endued with understanding that receive admonition.” [17]

Allah will rise up, to (suitable) ranks (and degrees), those of you who believe and who have been granted Knowledge. [18]

A parable, if you are a trainee in an Architect Firm but you expressed your doubt at the Architect’s ability, it goes without saying that he will never teach you anything.

4.   Without predestination, our features such our nose, ears, mouth, eyes and others as well as our voices, hearing, sight, smell and others may move all over our body. Such being the case, we may wake up one morning and found our mouth at the place of our nose, our eyes at the place of our ears. To aggravate this situation, our voice is at the place of the one of the eyes hence we have to speak through our eye; our smell is at the other eye hence we have to use it for smelling; our hearing is at our nose hence we have to use our nose to hear and our sight is at our ear so we have to see through our ear.

Can you imagine son, the chaos it can cause if there is no predestination?

Son:              Yes, dad.

Dad:              So son, be thankful and not ungrateful  to The Almighty for Predestination.

____________________________________________________________

Son: Dad, is it true that God did not sleep?

Dad: Son, if He is asleep even for a single moment, the whole existence and its system will be in topsy turvy.

Son: Why, Dad?

Dad: Because His Essence is The manifest and The Hidden of all creations including space and time. Hence He commanded to the effect:

Allah! there is no Allah but He?the living, the Self-subsisting, Eternal. No slumber can seize him nor sleep.[19]


[1] Hud (11):107- Note the phrase “except as thy Lord willeth”. The idea of a cd came from here.

[2] Hud (11):108 – – Note the phrase “except as thy Lord willeth”. The idea of a cd came from here.

[3] Al Baqarah (2):54

[4] Ibrahim (14):19-20; Muhammad (47):38; An Nisa(4):133.

[5] Al An’aam (6):149

[6] Al Hadid (57):3

[7] Al An’aam (6):32

[8] Terjemahan Sahih  Muslim Bk. 1, 5 (1994).

[9] Al An’aam (6):38

[10] Al Fath (48):4.

[11] Shad (38):27

[12] Al Ahqaf(46):3

[13] Ar Rum (30):27

[14] Ar R’ad (13):11

[15] Al An’aam  (6):114.

[16] Az Zumar (39):18

[17] Az Zumar (39):9; Al Ankabut (29):43.

[18] Al Mujadilah (58):11.

[19] Al Baqarah (2):255

Comment » | poetry

Poem – 6

February 15th, 2010 — 9:20pm

Just a mere Spectator

I am seeing with my eyes
I am feeling with my heart
But I cannot move
I am paralysed.

With my eyes I shed tears
With my heart I bled silently
But I could only do just that
I am paralysed.

So injustice prevails
So atrocities continue
I see and I feel
But I am paralysed.

What can I do?
I am paralysed
Just a mere Spectator
To the World’s Show.


Break free!

I want to break free
From the bond
Binding me and
My liberty!

I want to break free
From the bond
Binding me
In poverty!

I want to break free
From the bond
Binding me
From peace and harmony!

I want to break free
From the bond
Binding me and
All my friends out there with me!
____________________________

Cry!!?

Infants cry
Pure tears fall
Due to fear, hunger
Sickness and loneliness.

Teenagers cry
Pure tears fall
Due to love, discrimination
And lack of wants!

Men and women cry
Pure tears fall
Due to lost of loved ones
And in calamities and destruction!

Mankind cries
Blood oozes from the eyes,
For oppression, killings,
Injustice and starvation!



A beautiful World of memory

A fleeting memory
A beautiful fleeting memory
A World of Wonders
Fill with love and tranquillity.

Whenever I am down
Into the World of beautiful memory
I shall flee
To respite in its soothing bosom.

Whenever I am troubled
Into the World of beautiful memory
I shall lay
Breathing its intoxicating balm.

Oh beautiful memory!
You are a real wonder
Giving back zest to life
Of an old wearied Traveller.

___________________________________

Why do you cry little ones?

Why do you cry little ones?
I cry for my mommy!
Why do you cry little ones?
I cry for my Daddy!

Why do you cry little ones?
I cry for my sister!
Why do you cry little ones?
I cry for my brother?

Why do you cry little ones?
I cry for all my relatives!
Why do you cry little ones?
I cry for all my friends and their families!

What happened to them little ones?
One night people with rifles and guns came
They took them out in the middle of the night
A year had passed and they have not come home!

1 comment » | poetry

As Sabuur

February 1st, 2010 — 6:04am

As Sabuur

1

Tika engkau tergesa-gesa
Dia tetap santun dan tenang
tika engkau menengking meninggikan suara
Dia lebih menyukai engkau tersenyum
tika engkau memukul membalas kejahatan
Dia lebih menyenangi engkau bersabar
tika engkau tersenyum sabar
Allah di sisimu sentiasa

Engkau pasti memaki-hamun
tika si perampuk itu memecah masuk rumahmu
engkau menyesal dan membenci orang yang tidak adil
engkau menyumpah-nyumpah
tika askhar Isreal membunuh beribu rakyat Palastina
engkau sakit hati dan benci
tika askhar Sekutu mengebum bumi Iraq
engkau pasti bertanya mengapa Tuhan tidak membalasnya!

Engkau akan menangis terisak-isak
tika orang yang dikasihi tiba-tiba meninggal
engkau berbisik terus:

mengapa? mengapa?

sanak-saudara menyebut: sabar redolah!

dalam hati kecilmu menyebut-nyebut
kau tidak mengalami deritaku
pantas sekali kau menyebut-nyebut begitu!

2

Tika engkau berada di posisi
sakit yang lama di tempat pembaringan
tidak bisa berbuat apa-apa
segala makan segala kotoran
dilakukan isterimu yang setia
engkau menangis di dalam hatimu
memohon kepada-Nya:

Cabutlah nyawaku Ya Allah! Cabutlah nyawaku Ya Rabbi!

Isterimu menangis di sisimu
mengingatkan engkau riwayat nabi Ayub
yang terus memohon kepada Ilahi
menambah sakit lebih lama lebih seru
anaknya meninggal hartanya lesap
isterinya meninggalkan buntang
tubuhnya kaku tak bisa bergerak lagi
tapi hatinya terus tawakkal berbisik mengingat-Nya

engkau berbisik:

aku bukan nabi aku tak tahan lagi
aku membenci diriku
yang menyusahkan semua orang lain!

Orang-orang memusuhiku
keluarga menyisihku
aku batang buruk yang tak berguna lagi
aku rela mati Ya Allah! Ambillah nyawaku!

Hidup ini satu ujian suamiku!

ingatlah lihatlah orang yang lebih derita
bukan dirimu bukan diriku
bukan deritamu bukan susah-payahku
ada perempuan hilang fikirnya
ada lelaki hilang ginjalnya
lebih lama engkau di pembaringan ini
lebih dekat engkau di sisi-Nya

3

Jadilah macam orang-orang yang sabar tawakkal pada-Nya
tika dia harus menyembelih anaknya sendiri
tika dia dilempari batu-bata
hingga berlumuran darah seluruh tubuhnya
tika orang-orang pelarian Sabra-Shatila
dibunuh dengan kejam di depan mata
tika orang-orang di Bosnia Harzogobina
ditanam hidup-hidup di depan mata!

Allah Al Bashir Allah Maha Melihat
Allah Al Hakiim Allah Maha Bijaksana
Allah menangguhkan hukumnya
kepada ketua-ketua yang zalim yang berpura-pura
Allah As Sabbur sifatnya!

Jadilah kita orang-orang yang sabar redo
jadilah kita hamba-Nya yang benar-benar yakin
akan qadak dan qadar-Nya

manusia tidak bisa melawan hukum-Nya
apa yang akan terjadi esok sudah termeterai di Kitab-Nya
engkau tidak bisa mengubah sepatahpun juga
jadilah seperti nabi Adam nabi Khidir
yang mengikut setiap perintah-Nya
apa yang diberi kepadamu adalah yang terbaik bagimu
pantaskah kau menjadi sister dan brother
yang meminta wanita mendapat hak yang sama?

4

Peristiwa sunami yang mengorbankan 400 ribu jiwa
di mata orang-orang yang tak mengenal Makrifatullah
dianggapnya sebagai malapetaka derita sedih sayu
di mata-hati hamba-Nya yang mengenal-Nya
biarpun orang-orang tersayang tiada lagi di sisinya
tapi mereka sabar tawakkal redo menerima-Nya
kerana Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana
setengah mereka menerima itu sebagai nikmat rahasia-Nya!

Esok tetap akan datang
apa yang akan kau lalui esok sudah ditetapkan-Nya
janganlah kau berfikir-fikir apa sudahnya
hadapilah dengan hati yang tenang yakin
apakah si lumpuh terbaring terus di pambaringannya
apakah si buntung terus duduk di kerusi rodanya
apakah si anak harus terus ke sekolah saban hari
lakonilah dengan sabar tawakkal dan redo
insya-Allah Tuhan sentiasa di sisimu

Jika engkau aku mereka dalam lengkongan ini
terimalah masuklah dengan total yakin
jangan fikir-fikir yang bukan-bukan lagi
jadilah dirimu seperti bola yang ditendangi
jadilah dirimu sebagai bayi yang dikendong ibunya
jadilah dirimu macam mayat yang sedang dimandikan
engkau tidak berperan untuk berfikir
kerana fikiran itu adalah ciptaan-Nya
fikiran akan turun meluncur pabila dikehendaki-Nya!

5

Jangan kau bimbang dan ragu
balasan dan ganjaran tiada hamba-Nya yang tahu
esok sebulan setahun atau 100 tahun lagi
itulah rahasia di dalam rahasia
itulah ghaib di dalam ghaib
tiada hamba-Nya yang mengetahuinya
tapi pasti akan hadir di sisi umat-Nya yang dipilih-Nya
mungkin bukan di sini
tapi pasti nanti di alam yang satu lagi!

Woodlands Avenue One

12 Muharam 1430

29 Disember 2009

Comment » | poetry

Siapa Sebenar Seterumu?

February 1st, 2010 — 5:55am

(petikan daripada ‘Manusia Tenggelam Dalam Lautan Nafsu’)

Siapa Sebenar Seterumu?


kau bergerak ke mana
melekat syaitan di antara dua rusukmu
engkau tidur dia jaga
engkau jaga dia terus jaga
itulah seteru utamamu

untuk melepaskan dirimu
dari syaitan yang serakah
kau bawalah jiwamu lepas-bebas
macam unggas yang tak mudah diperdaya
dan kau lihat terus cahaya itu
dengan keredahan-Nya tentu

sesudah itu datanglah isteri dan anakmu
menjadi seteru kedua
dibawanya fitnah menjadi teman-setia
jika kau mudah terpedaya-sayang
dan jiwamu cepat menjadi cair
lalu sumbu lilin pun membakar jiwamu
menjadi hanguslah ingatanmu kepada-Nya

jika jiwamu rapuh pulas
fitnah campur nafsumu bersubhat menyeret jiwa
jauh ke jalan gelap tak bercahaya
pasanglah jiwamu dengan mata-hati bernyala
Dia akan melindungi jiwa yang mendekati-Nya
dan nafsu akan terpinggir-cair berlalu
jika tidak isteri-anakmu berdiri tegak
di atas runtuhan jiwamu

kemudian muncullah harta-tahtamu
berdiri megah bagai seteru ketiga
dibawanya kamu manusia mengambara ke mana
ke negeri sombong-besar diri
sehingga buta jiwamu melihat cahaya kebenaran
nafsu ria’mu menjadi pakaian harian
mereka yang menentang dipatah-patah
tapi di atas ada cahaya memancar-mancar
yang akan memusnahkan!

Woodlands Avenue One

28 November 2002

Comment » | poetry

Poem – 4

February 1st, 2010 — 12:00am

Tears

These Words are but Tears
Tears in melancholy
Tears in solitude
Tears in sufferance

Subtle Tears
Dripping in the Heart
Heart bled
Ruptured beyond words.

A walking Form
Eyes hollow
Heart ceases
Yet Tears dripping

Dripping Tears
Led to rest
Kept in a box
Buried !


Worm in the cocoon

Could not see
But there are the eyes?
Yet could not see
Did not want to see!

Could not understand
But there is the mind?
Yet could not understand
Did not want to understand!

Too painful to see
Too horrific to understand
Eyes shut!
Mind shuts!

Worm in a cocoon
Fear to venture out
Eyes refuse to see
Mind refuses to understand.


Eyes & Heart

Cruelty!
Massacre!
Eyes, blind?
Heart, demise?

Poverty!
Famine!
Eyes, blind?
Heart, demise?

Innocence!
Exploitation!
Eyes, blind?
Heart, demise?

Eyes, blind?
Heart, demise?
Dig them out!
You don’t need them anymore!


Laughter

Hahaha!… Laughter
Empty Laughter
Having no meaning
Just an echo.

Laughter of the dying
Looking at Death
Laughter of the Poor,
Not a single hope left

Still Laughter?
No feeling?
Not seeing?
Hollow within?

Not to bother
Empty Heart!
Sightless Eyes!
Zombies walking!


On Bended Knees

Where do I begin to tell her?
How much I love her
How much I care and miss her
Not a moment passes but I yearn for her.

After so much hurt I had done
After all the pains I had inflicted
All the senseless words and conducts
Bend in hurting her more and more

Now she is gone
God really loves her
Now my senses came back to me
My humane feelings are here now with me

Oh God, on bended knees beside her grave
I pray to Thee, please tell me,
How can I tell her I am so remorseful!
How can I tell her I love her so!

God please helps me (sobs)!!!


Cleopatra mummified!

Because she is soft and gentle
You hurt her more and more
Because she is sweet and loving
You seem did not care and bother.

Is she invisible to you?
Being invisible no feeling too?
Because she did not cry
You hurt her more and more?

But did you see her heart
Ruptured beyond repair,
Did you sees that eyes
Melancholy beyond describe.

What you see now
Just a Zombie
Lost all interest in life
Cleopatra mummified!

No thanks to you!!!


Parting Legacy

This heart is petrified
This mind incapacitated
These eyes are horrified
This feeling inside is numbed

What had happened to mankind?
Is there no such thing as love anymore?
Is there no more decency?
Neither politeness nor courtesy?

No respect for life and property!
No respect for the disabled and the olds!
No respect for the weak and human rights!
Governance is more for self interests.

Where are we going?
What are we doing?
Is this our parting legacy?
For the next generation to be?


This Patient is seriously ill

This Patient is seriously ill!
Sick without medicine
Body wrecked with bullet holes
Weak without sustenance.

This Patient is seriously ill!
Ill from drug taking
Ill from filthy environment
Ill from sly trading.

This Patient is seriously ill!
Coming from broken homes
Coming from sinister background
Coming from State Governments

This Patient is seriously ill!
What is his name?
His name is, “W O R L D”
Is there a Doctor available???

1 comment » | poetry

Aku Merasai Kewujudan Mu

January 31st, 2010 — 6:59pm

Bila aku berseorangan
Terasa tidak bersendirian

Lihatlah bulan ….
Tinggi nun jauh di awan
Nampaknya bersendirian …
Tapi kalau kita perasan
Dia berteman bintang bintang
Yang bertaburan nan berkerlipan

Terasa diri ini
Didalam kegelapan
Namun kegelapan di dalam terang
Tiada ku sedar
Cahaya yang ada di dalam kelam ….

Kedingingan menyelubungi pagi
Kesejukan menjerut tubuh  ini
Hingga ke tulang belulang
Namun badan ku tetap hangat
Walau di mamah dingin subuh
Bersyukur aku kerana di kasihi …

Jasad ku diam
Mata turut pejam
Hati dan minda berjuang
Terasa di hujung jembalaku
Terbuka ruang …..
Sepi mendalam
Sukar hendak ku bayangkan

Menjadikan  aku tenang
Kebimbangan mula hilang
Aku di ruang ….
Di suatu ruang yang tidak ku faham
Terasa di genggam ….

Airmata berlinang ..
Tidak tahu kenapa
Minda ku hilang ..
Gementar tubuhku
Berskala Richter tujuh kekuatan goncang ..
Hingga rongga ku bergetar

Namun nikmatnya ….

Aduhai …

Tidak mahu aku lepas kan
Perasaan ini ..
Namun ia datang dan pergi …

Apalah daya ku
Itu pengenalan Mu

Engkau saja Yang Ada
Engkau saja yang tahu

Terima kasih Allah


Amran AW
25  Jan 2010

Comment » | poetry

Poem – 3

January 25th, 2010 — 12:00am

Son: Dad, how do one knows God is Great, Lofty and Vast?

Dad: Son, all creations including space and time put together is lesser than a particle of sand to God.

Son: Wow!

____________________________________________________________

Son: Dad, can man be God?

Dad: Son, that is like saying a grain of sand of the desert is the desert. Only a blind man mistook a tail of an Elephant is the Elephant.

____________________________________________________________

Son: Dad how do one be steadfast in remembering God in one’s worship?

Dad: Son, all that is required is focus. If one can be glued to the TV focussing on the World’s Cup for hours than there is no reason why can’t one be focussed during our worship of God?

Son: But Dad, how can we focus on an Invisible God whereas World’s soccer is visible?

Dad: Son, you just need to remember His Name without spelling it out and then focus at it. It is just like remembering your own name without spelling it out and then focus at it.

Son: But Dad, why can’t we spelt His Name and focus at it.

Dad: In that case son, your God is the Letter(s) of the word you remember as God because God should be remembered without form and without shape. Nothing is similar to Him.

____________________________________________________________

Son: Dad, how do one explain that God exists to someone who does not believe He exists?

Dad: Son, if you enter into a small Garden and you see all the flower plants were arranged in a beautiful way which enhances the beauty of the Garden. In addition, all the plants are pruned to a particular height which made them very attractive, do you believe there is a Gardener attending to them.

Son: Of course dad, it goes without saying!

Dad: Then it goes without saying when one sees the uniformity of the features of mankind, animals, trees, fishes, reptiles and others and each produce its own kind, there must be a God attending to it.

Son: But Dad, if he still refuses to believe?

Dad: Son, in that case he is “blind”. As I said before, “How can a ‘blind’ man see God when even the Sun he can’t see it?” So leave him alone “blind”.

_______________________________________________________________

Son: Dad, is it true that in everything which God created there is merit in it?

Dad: If not, then how can He be The All-Knowing and The All-Wise?

Son: But Dad, are you saying that in all the calamities occurring in this world claiming thousands of lives there are merits?

Dad: Yes there are merits, but as we are not as smart as God we could not discern the merits. I am very sure in the years to come, it may not even be in our time, the merits will be apparent.

_________________________________________________________

Son: Dad, can supplication change once destiny?

Dad: Son, even the supplication itself is preordained so how can it change one’s destiny?

Son: When was it preordained, Dad?

Dad: At the time when the command, “Be!” was given.

__________________________________________________________

Son: Dad, when God commanded, “Do not curse Time because I am Time!” does that mean we have to worship Time?

Dad: Son, what God meant by commanding as such is that a minuscule of His Essence manifested as Time. Similarly, when He commanded, “It is not you (Muhammad) who threw but it is I”. It does not mean that Muhammad is God but that a minuscule of His Essence manifested as Muhammad hence God commanded that He was the One who threw. Such being the case, you must not worship a minuscule of His Essence but worship Him.

______________________________________________________________

Son: Dad, is it difficult to know God?

Dad: Son, as God cannot be seen by our two eyes what you need in order to know Him is an inner eye.

______________________________________________________________

Son: Dad, why must we love all God’s creations?

Dad; Son, His Essence is in each and every one of His creations. So if you want Him to love you then you must love His creations.

_____________________________________________________________

Son: Dad, must we plan if we are to be successful in life?

Dad: Son, your plan and whether you are successful or not are preordained. Life is just like a car and predestination is the road; the car can only move if there is a road ahead. Let me explain to you further:

1. In order to plan, among other things, you must already be born; you are alive, not in coma, not mentally incapacitated and not an infant. All these factors are beyond our control.

2. The plan, among other things, it can be implemented and not constraint by human elements or factors (manpower, skills, corruption, crimes etc), money, government policies and intervention, war and nature (earthquakes, tsunami etc) and law. All these factors are beyond our control too.

3. Successful or not successful is, among other things, the result of the integration of all the above factors.

4. The factor of chance such as your plan was made, among other things, at the right time and at the right place. These factors too are beyond our control.

Son, the only power which can galvanise all the above factors (there can be more) into one and bring success to us is The Almighty God. Hence he had commanded to the effect:

He doth regulate all affairs[1]

Truly, the Command is with Allah in all things! [2]

They said: “What affair is this of ours?” Say thou: “Indeed, this affair is wholly Allah’s.” [3]

Nor does He share His Command with any person whatsoever.[4]

Not for thee, (but for Allah), is the decision. [5]

Surely that is easy to Allah.[6]

Never be then of those who doubt. [7]

So son, do you see now that mankind does not have the power that God has, to regulate their affairs which are inherently very complicated and intertwined with other factors and elements which may be or may be not tangible.

________________________________________________________________

Son: Dad, if all are preordained, are our thoughts and memories too preordained?

Dad: Yes son, they too are preordained. Our mind is just like a computer receiving inputs before it can work. Every morning when we woke up, our mind is empty then the preordained thoughts or memories came streaming in. Thence, the mind starts working or “thinking” or “reminiscing”.

_________________________________________________________________

[1] Ar Ra’d (13):2

[2] Ar Ra’d (13):31.

[3] Ali Imran (3):154.

[4] Al Kahfi (18):26

[5] Ali Imran (3):128; Al Maidah (5):128.

[6] Al Hadid (57):22

[7] Al An’aam (6):114.

Comment » | poetry

Siapa Allah … Suatu Pertanyaan …. Atau ….

January 24th, 2010 — 10:55pm

Siapa Allah … Suatu Pertanyaan …. Atau ….

Ada yang bertanya
Siapa Allah ?
Jawapan ku mudah
Dia Tuhan Yang Maha Esa

Aku di gagahi …
Entah mengapa …
Berbagai interpretasi yang di tonjolkan

Aku di asak lagi
Siapa Allah ?
Jawapan ku mudah
Dia yang nyata
Terselindung dari si celek mata

Aku di marahi lagi
Bagai kacang direndang [1]
Soalan di-ulang lagi

Di tanya lagi ..
Siapa Allah ?

Jawapan ku ..
Ikhlas … [2]

Tuhan ku …
Allah yang Maha Esa
Tidak di peranakan ..
Dia tidak pula beranak …
Tidak sesiapa yang menyerupaiNya

Itulah Allah
Tuhan ku ….

Siapa Allah ?… Suatu Pertanyaan ….
Atau …..
Aku mahu di permainkan

Maha suci Allah
Aku tidak lari dari pegangan
Insya-Allah

Aku ….
Yang tiada daya upaya ..
Lindungi lah aku ..
Engkau yang sudah ku kenal

Amran Aw
19 Jan 2010

[1] simpulan bahasa – Bunyi suara yang tak putus-putus
[2] surah al ikhlas

2 comments » | poetry

Poem – 2

January 18th, 2010 — 12:00am

Death bed

Today was Tomorrow,
Tomorrow is Today,
Today I have you,
But Tomorrow …??????

So let me look at your face
Till my heart is solace
Let me hear your voice
Till my sense is oblivious

Because when you are gone
These tears will not stop falling
And Loneliness is a long road
Accompanied by emptiness.

Maybe during those trying times
Memory of your countenance
The sound of your voices
May help this lonely weary soul.

I Love You!


Parents

Why do you hurt this grieving heart?
Why do you rebel against your loved ones?
Who are willing to sacrifice all!
Just to see you safe and sound.

Oh, how it pains me not to know,
How you fare from day to day,
Are you sick, are you well?
Have you had your food or not at all?

Oh, how it worries me sick
Are you safe, are you comfortable?
Does your pocket have enough for the day?
Is there enough warm in the room you stay?

That is what it means to be parents
Always worries for the children
Always concern of their wellbeing
As long they are not before their eyes.

_____________________________________________________________________________________________________

Disabled

I love you as you are
Does not matter you look queer
Your speech slur
Your gait blur

I love you as you are
Even if the Whole world does not care
Or Society looks and stares
Or the neighbourhood curses and swears

Because you are so special
Your innocence places me in heaven
Your smile put me on the pedestal
Your needs unbridle the love in me

Before when I were without you
I know not who I am,
You helped to find it for me
That is how special you are to me!


Peace

Will the World find Peace?
I am so sick of all the violence
Of all the corruptions and evils
Of all the oppression and constraints

Will the World find Peace?
I am so tired of separation
Concrete walls and barb-wires
Dictators in human form!

When can we all be one?
United as mankind
Neither nationality nor boundary
Everywhere love abounds.

To strut any where we like
Being mankind is our pride
Sharing love and prosperity
Everyone is but a Prodigy!


LOST

You stripped me of my pride,
You stripped me of my ego,
You stripped me of my prestige and dignity
I am now but an invisible man!

Being invisible, I am not visible,
Being invisible, I am not recognizable,
Being invisible, I lost my entity,
I am now just invisible.

Being invisible is like a door-mat,
Trampled unnoticeably,
Hurt unknowingly,
Demeaned aplenty.

Tears bountiful
Sorrows resourceful
Silence is constant
Invisible is forlorn.

3 comments » | poetry

AL MUSAWWIR

January 15th, 2010 — 8:57pm

Allah yang menjadikan
Allah yang mewujudkan
dan Allah yang merupakan
tiap satu berbeda di luar berbeda di dalam
ada anak kecil berumur 9 tahun sudah lulus universiti
ada anak berumur begitu belum dapat membaca
ada anak berumur 13 tahun sulit untuk menghadapi pelajarannya
ada anak berumur yang sama tidak bisa membaca menulis
ada anak sejak kecil dilahirkan bisu dan pekak
apakah engkau akan mengatakan bahawa Dia tidak adil!

Sesungguhnya banyak ruang bagi manusia
yang tidak mengetahui Makrifatululllah
akan sentiasa mengangguk-ngangguk tanda setuju
apatah lagi jika fikirannya dikawal oleh nafsu syaitannya
jika mereka memandang ke depan
pasti mereka hanya melihat daun-daun yang gugur di depamnya
tapi tentu mereka tidak mampu melihat
daun-daun yang gugur di belakangnya
tahukah engkau betapa Allah Maha Melihat Maha Mengetahui
tidak sehelai daunpun yang gugur melainkan diketahui-Nya
manusia genius bisa meluncurkan roket di angkasa
tapi bisakah manusia itu mencipta seekor lalat?

Allah itu Al Adil yakni Allah Maha Adil
itu satu daripada sifat nama-Nya yang indah mulia
diikuti dengan firman-Nya
‘Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang
seberat zarrah sekalipun…’
jika engkau beriman kepada-Nya
redo dan jujurkah engkau berkata ‘Allah tidak adil!’
bagaimana engkau menerima-Nya dengan firman-Nya
‘Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi
dan apa yang ada di antara keduanya itu sia-sia…’

Allah Al Musawwir Allah Maha Pelukis Allah Maha Pencipta
‘Allah yang membentuk kamu di dalam rahim-rahim
sebagaimana yang Dia kehendaki…’
sedarkah engkau tahukah engkau?
Setiap yang diciptakan-Nya
dengan kehendak dan ketentuan-Nya
yang telah sedia ada di dalam Kitab-Nya
jika engkau berbuat sesuatu
atau tidak berbuat apa-apa pun
adalah itu juga dengan gerak gaib yang telah sedia ada!
Ya Allah! Ya Raab!
Lindungilah kami dan keturunan kami tersesat-barat
oleh seher syaitan-iblis jahanam itu!

Suratman Markasan
Mutiara Rini
4 Jamadialakhir 1430
29 Mei 2009

*) Surah An An’am; ayat 115
**) Surah An Nisa; ayat 40
***) Surah Shad; ayat 27

Comment » | poetry

Poem – 1

January 12th, 2010 — 7:41am

Son:
Dad, why I cannot see Allah if He is Great, Vast and
Lofty and yet I can see the mountain and the sky?

Dad:
Son, how can a “blind” man see Allah when even the Sun
he cannot see.

____________________________________________________________

Son:
Dad, how is Allah All- Seeing, All- Hearing and All-
Knowing?

Dad:
Son, if the bottle in my hand now can see and hear, do
you agree that it surely knows what we are doing now?

Son:
I agree, Dad.

Dad:
Son, if this type of bottle is present in every place then do
you agree that it can therefore see, hear and know what is
going on at those places.

Son:
I agree, Dad.

Dad:
Son, Allah’s Essence is All Encompassing hence He is
All -Seeing, Hearing and Knowing.

___________________________________________________________

Bird – Why are you crying Snowman when earlier on I saw you
laughing?

Snowman – I was laughing earlier on when I saw the ice on the lake
melted as it shows that Spring is here but now I realised
I am also ice and that is why I am crying.

____________________________________________________________

Patient – Doc. I am really scared about the operation tomorrow
because if it failed then I will die.

Doctor – Do you ever been afraid that the Sun will not rise
tomorrow?

Patient – I have never been afraid, Doc.

Doctor – Do you also agree that whether you like it or not the Sun
will still rise tomorrow?

Patient – Agree, Doc.

Doctor – So whether you like it or not the operation tomorrow will
either be, a success or failure. You have to accept it as you
accept the Sun is rising tomorrow. You have no control over
it. Once you have accepted this fact, then there is nothing to
be afraid. This is called “Predestination”.

_____________________________________________________________

Son:
Dad, what is Predestination?

Dad:
Son, whatsoever you saw before and whatsoever you see
now and whatsoever you will see in the future is
“Predestination”.

______________________________________________________________

Son:
Dad, can Predestination be changed?

Dad:
Son, if Predestination can be changed it will cause
a lot of confusion to the extent that a Goat gives
birth to an Elephant.

Son – Poor Goat!

Dad – Son, you don’t pity the Goat, you send condolences!

___________________________________________________________

Son:
Dad, how to trust God wholeheartedly?

Dad:
Son, do you know that the tree in front of our house
is almost 100 years old.

Son:
Yes, Dad. Grandpa once told me about it.

Dad:
Son, have you ever seen it moving in search of food?

Son:
No, Dad.

Dad:
And that is son, an example of trust of The Almighty
wholeheartedly.

_____________________________________________________________

Son:
Dad, how can we be totally subservient to God?

Dad:
Son, have you ever seen the Sun and the Moon taking
Vacation?

Comment » | poetry

Di Dalam Catatan Buku Tiga Lima-Nya

December 29th, 2009 — 5:54am

oleh Amran Abdul Wahab

Mengapa kita membiarkan diri
diperkosa oleh perasaan bimbang dan resah ..
musibah belum mendatang
tetapi trailer bermain di onak
melebihi tayangan perdana …..

Kita gelisah ..
gelisah dan gelisah …
tiada henti ….

Lupa kah kita ….
apa apa kejadian yang belum terjadi
sudah mendahului kita
sebelum kelahiran kita …

Lupa kah kita
bahawa kita ini
pendokong watak watak
dalam sandiwara dunia
sama ada kita ini krok
atau hero ..
kita tak ada harapan untuk menolak nya
kita ni siapa …..

Kita umpama benang berkait jarum
dikait bengkok
tak dikait pun tak lurus ..

Kita sudah tersirat dalam suratan-Nya
itulah qada dan qadar-Nya
hanya kepada-Nya lah kita menyembah
hanya kepada-Nya juga kita memohon pertolongan
ingatlah itu pun kerana Rahmat Nya
kita tiada daya dan upaya …
dengan keinsafan ini
berserta kebesaran Nya …..
dapatlah kita bersyukur dan mengerah kepada- Nya
secara mutlak …

Semoga Allah menolong diri ku
Berjalan di atas sirahtul mustakin …

Amin ….

Amran AW
28 Dec 2009

2 comments » | poetry

PUISI MAKRIFATULLAH – 6

December 29th, 2009 — 5:45am

A. IBADAH

Sesudah kamu mengenaliNya
Kamu sedar kewujudanmu tiada
Kamu terima qadha dan qadarNya
Yang tinggal, ibadah untuk dilaksana. [188]

Allah ada berfirman di dalam al Quran
Jin dan manusia diciptakan
Hanya untuk beribadah kepada Tuhan[189]
Tuhan yang Satu, tiada tandingan. [190]

Untuk beribadah kepadaNya
Hendaklah balik ke SyariahNya[191]
Yang diturunkan kepada RasulNya
Muhammad, Nabi yang mulia. [192]

Rasulullah ada bersabda
Baginda ada tinggalkan dua perkara
Kalau dipegang tidak akan sesat kita
Al Quran dan As Sunnahnya. [193]

Maka berpeganglah kita semua
Al Quran dan As Sunnah baginda
Tolak pembaruan menyesatkan kita
Semoga kita selamat di hari muka. [194]

Ingatlah juga, wahai teman
Agama Islam sudah disempurnakan[195]
Hanya agama ini diterima Tuhan[196]
Hendaklah kita Islam bila kewafatan. [197]

Jalankan sembahyang yang diperintahNya
Ingatlah Allah semasa menjalankannya[198]
Jalankan yang fardu dan sunat bersama[199]
Untuk mendapat keredhaanNya. [200]

Shalatlah diwaktu malam, wahai teman
Sepertiga, seperdua atau berlebihan[201]
Seperti Muhammad nabi junjungan
Serta para sahabat handalan.

Rasulullah shalat luka telapah kaki
Kerana ingin menjadi hamba Ilahi[202]
Maka kita umat baginda terkini
Hendaklah bershalat sesungguh hati.

Rasulullah dan sahabat baginda
Puasa sunat banyak dibuatnya
Kadangkali kelaparan tidak terhingga
Namun puasa tetap diteruskannya.

Ikut puasa nabi Daud, nabi berkata[203]
Namun baginda juga ada berkata
Untuk Ilahi, sehari kita berpuasa
70 tahun dijauhkan kita dari neraka.[204]

Ganjaran yang berpuasa di hari kemudian
Allah sendiri akan memberi balasan[205]
Untuk mereka ada pintu syurga dikhaskan
Yang dipanggil “Ar Rayyan.”[206]

Selain zakat dan firtrah
Hendaklah banyak bersedekah
Seperti ditunjuki Rasulullah[207]
Serta Abu Bakar, seorang sahabah.[208]

Hendaklah hidup bersederhana
Berzuhudlah jangan berpoya-poya
Rasulullah menjadi contoh kita[209]
Juga para sahabat yang setia. [210]

Berbanyaklah membaca Al Quran
Rasulullah, Abu Bakar dan Osman[211]
Juga para sahabat yang beriman
Sentiasa membaca Al Quran. [212]

Selepas sembahyang ingatkan Tuhan
Semasa duduk, diri dan berbaringan[213]
Juga dalam kesibukan pekerjaan,[214]
Disisi Allah, ini adalah besar amalan.[215]

Sebenar-benar takutkan Tuhan
Kerana Rasulullah ada mengatakan
Baginda lebih mengenali Tuhan
Takut baginda melebihi kita sekalian. [216]

Para sahabat bila mengimbaskan
Kesiksaan di hari kemudian
Menangis dan bergentaran
Takut sungguh kepada Tuhan. [217]

Berpeganglah kepada Syariah
Ada berkata Rasulullah
Kalau pencuri itu adalah Fatimah
Hukum Hudud masih dipertengah. [218]

Begitu kuat pegangan baginda
Kepada Syariah tidak dilepasnya
Begitu para Sahabat semua
Syariah asas kehidupan mereka.[219]

Maka berpegang teguh kepada Syairah
Ikut contoh Rasulullah dan Sahabah
Kerana Syariah diturunkan Allah
Kepada setiap nabi serta Rasulullah. [220]

B. ISTIQAMAH

Teruskan ibadah seperti Harithah
Siang berpuasa malam ibadah
Sehingga seolah dia melihat aras Allah
Maka disuruh Rasulullah beristiqamah.[221]

Teruskan ibadah seperti para sahabah
Serta menerima segala ujian dengan tabah
Sentiasa beribadah dengan istiqamah[222]
Sehingga menjadi orang-orang Allah[223]

Dalam ibadah berpegang kepada Syariah[224]
Serta dibantu dengan Makrifatullah[225]
Teruskan ini dengan amanah
Semoga menerima keredhaan Allah.

Jagalah KeagunganNya
serta KesempurnaanNya
BeriNya penghormatan sentiasa
Jangan pertikaikan KebijaksanaNya .

Menyerah penuh kepadaNya
Serta berpasrah setiap masa
Haqqul yakin KekuasaanNya
Dan juga KebesaranNya.

Lihat kepada pokok tua
Berdiri setempat begitu lama
Tidak begerak mencari rezkinya
Menyerah penuh kepada Tuhannya.

Terimalah takdirNya dengan redha
Jangan bersungut jangan mengata
Ada mata lihat, ada telinga dengar sahaja
Ada mulut tutup, jangan terlepas kata.

Lihat kepada ternakan lembu
Dipelihara diberi makan selalu
Anaknya disembelih satu persatu
Takdir diterima mulut membisu.

Redha dengan seiklasnya
Kerana semua Dia empunya
Diri kita juga daripada DzatNya
Kita hanya pengamanah sahaja.

Lihat kepada Lilin bercahaya
Menerangi hidup ciptaan semua
Akhir, membakar dirinya juga
Namun redha kepada takdirnya

Ingat Iblis dengan kesombonganya
Tidak mahu menerima manusia
Menjadi khalifah Tuhan Yang Esa
Maka terkeluar dia dari Syurga. [226]

Ingat Abu Lahab dan isteri
Tidak menerima Muhammad nabi
Di Surah “Al Lahab” atau “Gelojak Api”
Ditulis neraka tempat mereka ini.[227]

Ingat orang yang menyoal Ilahi
Bolehkah dihidupkan yang sudah mati
100 tahun dimatikan mereka ini
Selepas itu dihidupkan kembali.[228]

Berpasrahlah kepada Yang Maha Esa
Seperti Ibu kepada Nabi Musa,
Ke sungai dilepaskan anaknya
Akhirnya diketemukan semula.[229]

Menyerah penuh kepada Ilahi
Seperti Habil yang boleh dicontohi
Hendak dibunuh oleh adiknya sendiri
Namun berserah penuh kepada Ilahi.[230]

Istiqamahlah, istiqamahlah!
Dalam kesemua ibadah
Dalam menjaga Kesempurnaan Allah
Serta pegang erat kepada tali Allah.[231]

C. MAQAM

Sesudah mencapai Makrifatullah
Hendaklah anda berjuang untuk Allah
Menjaga KebesaranNya dengan tabah
Sehingga menjadi orang-orang Allah.[232]

Inilah makam anda
Mengkhususkan hidup dan mati anda
Hanya untukNya
Untuk diperlakukan apa Dia suka. [233]

Makam “Abdal” dinamakan
Syeikh Al Jilani ada katakan
Maksudnya ialah “Pertukaran”
Anda kini boneka Tuhan. [234]

Anda diperhiaskan dengan ilmuNya
Dikongsikan juga rahsia-rahsiaNya [235]
Anda akan diuruskanNya
Siapsedia menjalankan kerjaNya

Kepada Khidir boleh dicontohi
Ilmu dan rahsia Ilahi dia perolehi
Yang Musa tidak memiliki
Akhir, Musa terpaksa tinggalnya pergi. [236]

Mari kita lihat contoh perjuangan ini
Oleh nabi-nabi dan wali-wali
Sehingga mereka disayangi
Serta mendapat keredhaan Ilahi. [237]

Nabi Muhammad telah dinasihatkan
Pendakwahan jangan diteruskan
Oleh ketua Quraish menyampaikan
Menerusi Mutalib datuk kesayangan.

Rasulullah lalu menjawabnya
Walau bulan diletak di tangan kirinya
Ditangan kanan diletak matahari pula
Pendakwahan baginda berhenti tiada. [238]

Diatas makam ini baginda berdiri
Bersabung nyawa setiap hari
Memperjuangkan Pendakwahan suci
Untuk menjadikan Islam agama terkini

Begitu juga sahabat baginda
Berdiri bersama-samanya
Memperjuangkan Islam agama
Sehingga Islam diterima kaumnya.

Maka Allah berfirman maksudnya
Mereka yang pertama masuk ke syurga
Di dalam surah At Taubah ada tertera
Di dalam Al Quran, kitab yang mulia. [239]

Maka hendaklah kita mengikuti mereka
Kerana Allah ada berkata
Sesiapa yang mengikuti mereka
Dimasukkan ke syurga bersama mereka! [240]

Continue reading »

Comment » | poetry

PUISI MAKRIFATULLAH – 5

December 21st, 2009 — 12:00am

PERANG BESAR

Selepas peperangan Badar
Sabda Rasulullah ada terdengar
Ada peperangan yang lebih besar
Peperangan nafsu yang melakar.[130]

 

Setiap manusia ada kembaran
Kembarannya adalah Syaitan
Qarin, nama dia diberikan
Mendamping hingga kita kematian.[131]

 

Syaitan adalah musuh kita yang nyata;[132]
Mereka menggoda Adam dan Hawa
Nenek Moyang kita
Sehingga dikeluarkan dari syurga[133]

 

Mereka akan menuntut hak mereka
Yang ditetapkan Yang Maha Esa[134]
Untuk mengoda kita
Sehingga kiamat datang menjelma[135]

 

Hak mereka menakutkan manusia[136]
Sehingga iman kita tidak bermaya
Sehingga kita takut kepada mereka[137]
Melebihi Allah Yang Maha Berkuasa. [138]

 

Hak melalaikan manusia
Di dalam kesemua ibadah mereka[139]
Supaya Allah tidak diingat mereka
Kekhusyukan langsung tiada. [140]

 

Sehingga Sayidina Umar ada berkata
Ada yang beribadah sampai ketua
Ibadah mereka sesia-sia sahaja
Kerana kekhusyukan tiada. [141]

 

Hak untuk membangkitkan
Sifat kedengkian[142]
Sehingga Habil kematian
Dibunuh Kabil adik kandungan. [143]

 

Hak membuat kita malas
Dalam semua kegiatan tiada pantas
Waktu sembahyang selalu terlepas
Tubuh badan terasa malas.

 

Hak membuat kita kebakhilan
Sedekah langsung ketiadaan
Tamak haloba gantian
Menjadi manusia kekikiran.

 

Hak membuat kita kemarahan
Sesama sendiri berpukulan
Hingga sampai pembunuhan[144]
Sifat kemanusiaan ketiadaan.

 

Hak membuat kita tertekan
Sehingga terlupa akan Tuhan
Menjadi murung seharian[145]
Membunuh diri dalam fikiran.[146]
Hak membuat kita keangkuhan
Bangga diri seharian
Memandang hina saudara dan taulan
Dia seorang sahaja kehebatan[147]

 

Hak membuat kita kekasaran
Dalam bahasa dan pergaulan
Kesana sini bermusuhan
Hidup selalu bersendirian.

 

Hak membuat kita terikat
Kepada pelbagai maksiat[148]
Merosakkan umat yang sihat
Songsangkan agama dan masyarakat[149]

 

Hak menyelewengkan manusia[150]
Sehingga murtad dari agama[151]
Ini diikuti oleh generasi mereka
Kekafiran kini melata[152]

 

Hak membuat kita jadi penipu[153]
Sehingga negara rugi
Serta dunia bermasalah kini
Seluruh umat umat manusia menderitai.

 

Hak membuat kita
Memandang baik semua perkara[154]
Menkabuskan mata manusia sedunia
Perkara jahat di pandang baik sahaja.[155]

 

Hak membuat kita
Menyalah gunakan kuasa
Untuk berada di atas “takhta”
Dihormati orang kesemua.

 

Hak membuat kita memberontak
Sebagai dewasa atau anak
Membuat keluarga dan negeri rosak[156]
Kemiskinan melata setiap tempat.

 

Hak membuat kita salahguna ilmu
Memberi pandangan yang keliru
Fatwa yang tidak bermutu
Negara mundur terkulai layu

 

Hak membuat kita menyalahi
Kegunaan alat canggih terkini
Merosakkan keluarga dan negeri
Membuat sedunia rugi.

 

Hak membuat kita digodai
Menerusi tampilan berahi[157]
Sehingga rosak maruah negeri
Anak haram kini menjadi.

 

Hak membuat kita tidak bersyukur
Kepada Ilahi tidak lagi akur
Agama dipandang mundur
Keimanan mulai runtur. [158]

 

Hak membuat kita menderhakai
Kepada Allah Yang Maha Suci[159]
Mempertikaikan Takdir Ilahi
KesempurnaanNya diketepi.[160]

 

Hak membuat kita diperdayakan
Dengan berangan-angan[161]
Yang tidak berhasilan
Membuat masyarakat kemunduran.[162]

 

Hak membuat kita kejar keduniaan
Serta kekayaan yang menghairahkan
Sehingga agama dan Allah dilupakan
Mengikut nafsu yang memperdayakan[163]

 

Hak syaitan ini mesti ditangankan[164]
Syaitan durjana mesti ditundukkan
Supaya manusia tidak dipesongkan
Masuk ke neraka di hari kemudian.[165]

 

Kini sudah ketiadaan nabi
Maka ulamalah pengganti
Membawa umah kembali
Ke jalan diredhai Ilahi.

 

Maka hendaklah ditangani
Syaitan yang durjana ini
Sehingga umat sihat semula jadi
Kepada Allah mereka kembali. [166]

 

Allah ada berfirman
Penggodaan syaitan
Tidak akan berhasilan
Atas mereka yang dikecualikan[167]

 

Mereka yang dikecualikan
Tidak dapat digoda syaitan[168]
Kerana dilindungi Tuhan
Dari penipuan Syaitan.[169]

 

Mereka juga ketahuan[170]
Qarin yang membisikkan[171]
Yang ingin kita kerugian
Di dunia dan hari kemudian.[172]

 

Qarin menggoda kita
Dengan meletak di dalam minda
Tipuan yang menyesatkan kita
Sekiranya kita tidak menyedarinya.

 

Mereka meletak penipuan
Ke dalam minda seorang insan
Daripada kiri atau kanan
Dari belakang atau depan[173]

 

Kita tidak dapat melihat mereka
Tetapi mereka dapat melihat kita[174]
Namun kita boleh dapat merasa
Sudut mana dia masuk ke minda.

 

Maka hendaklah kita berlindung
Kepada Allah Maha Agung
Dengan minda dikosong
Dan ingatan Allah dipasung.[175]

 

Dengan ingatan Allah sahaja
Ada di dalam minda kita
Lemahlah Qarin durjana
Tenteramlah minda yang bergelora.[176]

 

Inilah zikrullah orang makrifat
Hanya Allah diingat
Dalam minda terlekat
Setiap masa setiap saat. [177]

 

Di dalam dan di luar ibadah
Mereka sentiasa ingat Allah
Qarin durjana menjadi lemah
Tipu helah mereka rosak sudah.

 

Inilah orang-orang pilihan
Yang dipilih oleh Tuhan[178]
Yang dikecualikan
Dari godaan syaitan.

 

Matahati mereka sentiasa berjaga
Walaupun tertutup kedua mata
Kerana sentiasa mengingatkanNya
Allah, Yang Maha Esa. [179]

 

Mereka mengingat tanpa berupa
Tanpa juga diumpama
Tanpa bunyi ataupun warna
Dan tiada tulisan juga. [180]

 

Seperti mengingati nama anda
Tidak anda mengeja
Begitu juga mereka
Tidak dieja nama Tuhannya. [181]
Allah ada berfirman
Sesiapa mengingati Tuhan
Mendapat banyak keuntungan
Serta besar keutamaan. [182]

 

Allah ada juga berfirman
Hendaklah ingat Tuhan
Semasa ibadah dijalankan
Dan selepas ibadah diselesaikan. [183]

 

Allah juga memuji mereka
Yang mengingati Tuhannya
Dalam kesibukkan mereka
Bekerja dan berniaga. [184]

 

Maka jangan syirikkan Tuhan
Secara luaran atau dalaman[185]
Dosa ini tidak diampunkan[186]
Kesemua amalan dihapuskan. [187]

 

 

 

Bibliografi

[130] Abdur Rahman I. Doi, Sharia: The Islamic Law, 443 (1989).

[131] Fushshilat (41):25; An Ana’aam (6):112; Terjemahan Sahih Muslim Bk4, 815 (1994).

[132] Yasin (36):60; An Ana’aam (6):142; Yusuf (12):5; Al Israa (17):27; Az  Zukhruf (43):62

[133]  Al Baqarah (2):36

[134] An Nisa (4):118; Qaaf (50):27; Hajj (22):4.

[135] Al Araaf (7):14.

[136] Al Baqarah (2):268

[137] Ali Imran (3):175

[138] Al Araaf (7):30.

[139] An Nisa (4):119

[140] Thaha (20):13-14

[141] Imam Ghazali, Rahsia Hakikat Sembahyang, 149 (1994).

[142] Yusuf (12):100; Hajj (22):53

[143] Al Maidah (5):28.

[144] Al Qasas (28):15

[145] An Ana’aam (6):71

[146] Faathir (35):8

[147] An Nisa (4):38

[148] Al Baqarah (2):268 ; Al Maidah (5):90

[149] An Nur (24):21

[150] An Nisa (4):60

[151] Terjemahan Sahih  Muslim Bk. 4, 865 (1994).

[152]Terjemahan Sunan At Tirmidzi Bk 3, 635-636 (1993);Sahih Al Bukhari Vol. 8, 389-390 (1984).

[153] Asy Syu’araa (26):222-223.

[154] Al hijr (15):39; An Ana’aam (6):43; An Naml (27):24;Al Ankabut (29):38

[155] An Nahl (16):63

[156] Al Fath (48):12

[157] Al Araaf (7):20, 22, 27.

[158] Al Araaf (7):16-17.

[159] Hajj (22):52

[160] An Ana’aam (6):68; Hajj (22):3

[161] Al Hadid (57):14

[162] An Nisa (4);120; An Ana’aam (6):112.

[163] Luqman (31):33; Faathir (35):5

[164] An Nisa (4):76

[165] An Nisa (4):119; An Ana’aam (6):128; Hajj (22):4; Luqman (31):21; Faathir (35):6

[166]  Al Baqarah (2):193

[167] Al Hijr (15):40; An Nahl (16):99; Al Mujaadalah (58):10.

[168] Ibrahim (14):22.

[169] Al Hijr (15):42

[170] An Nisa (4):83

[171] Al Ana’aam (6):112; Taha (20):120

[172] An Nur (24):21

[173] Al Araaf(7):16-18.

[174] Al A’raaf (7):27

[175] An Nisa (4):103

[176] Ar R’ad (13):28

[177] Syeik Abdul Qadir Al Jilani, Op cit, 189.

[178] Mujadilah (58):10; 22.

[179] Sahih Al Bukhari Vol. 4, Chap LVI, 495 (1987). Gospel of Barnabas, 138 (?)

[180] Asy Syura (42):11. Al Iklas (112):4. Al Anaam (6):103.

[181] Terjemahan Sahih Muslim, Bk. 1, 1006 (1990).

[182] Al Jumu’ah (62):10. Al Ankabut (29):45;(Tafsir Al Azhar). Al Ahzab (33):35.

[183] Thaha (20):14. An Nisa (4):103.

[184] An Nur (24):37.

[185] Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futuh Ghaib, 27 (1990). Imam Ghazali, Rahsia Hakikat Sembahyang Menurut Tauhid<, Fekah & Tasauwwuf, 130 (1994).

[186] An Nisa (4):116.

[187] Al Maidah (6):88.

Comment » | poetry

PUISI MAKRIFATULLAH – 4

December 14th, 2009 — 12:00am

LOH MAHFUZ

Apabila,”Jadilah!” Allah berfirman
Maka terjadilah kesemua ciptaan[74]
Mengikut peranan di dalam pelan
“Loh Mahfuz”, pelan dinamakan.[75]

Tiada suatu pun Allah lupakan
Semua tertera di dalam pelan[76]
Justeru tiada akan ada perubahan[77]
Maha BijaksanaNya Tuhan.

Maka adakah perbuatanmu
Allah tidak tahu?
Ataupun tiada dalam pelanNya itu?
Dengan itu tidak bijaksana Tuhanmu?

Maha Bijaksana Tuhan
Dari apa yang kamu sangkakan[78]
Walau se zarrah tidak dilupakan[79]
Semuanya ada di dalam pelan.

Maka jagalah tuturan
Supaya tidak bergeselan
Dengan Kesempurnaan Tuhan
Yang tidak boleh dipertikaikan. [80]

Kerana DzatNya disebalik ciptaan
PelanNya dipatuhi tanpa soalan,
Setiap masa Dia dalam pengurusan[81]
Tiada tidur Engkau, Tuhan![82]

Maka kesemua lakuan
Adalah kesinambungan
Di antara Pelan dan Dzat Tuhan
Tanpa campurtangan dari ciptaan.[83]

Fahamkanlah ini
Supaya kamu tidak mengingkari
Kesempurnaan Ilahi
Dalam mengurus ciptaanNya ini.[84]

Ada yang tanpa berfikir berkata
Kalau ada ketetapan untuk semua
Di Loh Mahfuz sudah tertera
Maka kita tidak payah berusaha.

Sama ada usaha ataupun tidak
Di Loh Mahfuz sudah terletak
Juga kekata anda yang bongkak
Sudah tertulis dengan hak.

Anda tiada pilihan langsung[85]
Hidup anda seharian bersinambung
Dengan Loh Mahfuz yang ulung
Di dalam semuanya terkandung. [86]

Ada juga terdengar berkata
Berfikir, keutamaan manusia
Inilah fungsi utama minda
Melalui berfikir kita akan berjaya.

Tidakkah anda ketahui
Fikiran yang datang bertubi
Sudah tertera di Loh Mahfuz Ilahi[87]
Kalau tidak, Allah tidak Maha Mengetahui.

Adalah mustahil bagi ciptaan
Beroperasi di luar ketetapan
Yang terdapat di Loh Mahfuz Tuhan
Dengan itu, Loh Mahfuz ada kecacatan?

Adalah mustahil bagi manusia
Membuat sesuatu perkara,
Tanpa pengetahuan dan keizinanNya.[88]
Atau di Loh Mahfuz tiada tertera[89]

Namun ada juga yang berkata
Kalau semua sudah tertera
Di Loh Mahfuz Yang Maha Kuasa
Terhapuslah hak memilih manusia.[90]

Manusia kafir yang dituliskan[91]
Manusia durjana yang disusunkan[92]
Manusia papa yang dipamirkan
Langsung tiada mempunyai pilihan.[93]

Mereka langsung membuat tuduhan
Sangat zalim kita punya Tuhan[94]
Kepada Allah Yang Mulia disalahkan
Tanpa sebarang munasabah alasan.[95]

Kalau Tuhan zalim kamu katakan
Mana hakmu yang Allah zalimkan
Tidakkah kamu ketahuan
Kesemua adalah kepunyaan Tuhan.[96]

Kalau kesemua ini adalah hakNya
Dia boleh buat sesukaNya[97]
Kepada hak mutlakNya
Sungguh biadap kamu semua.[98]

Tunjuk mana yang kamu jadikan
Yang Allah zalimkan
Kalau tiada yang kamu ciptakan
Maka tutup mulutmu yang celupan.[99]

Ingat satu perkataan salah
Ke neraka kamu diarah[100]
Pada masa itu kamu insaflah
Sayangnya sudah terlambatlah.[101]

Allah mempunyai kukuh alasan[102]
Kamu langsung tiada pembuktian
Kerana kamu dipesongkan syaitan
Mengata Allah tanpa pengetahuan.[103]

Lupakah kamu tentang DzatNya
Yang zahir dan batin ciptaanNya?
Lupakah kamu DzatNya juga
Yang awal dan akhir ciptaan semua.

Kalau Yang Awal dan Akhir adalah DzatNya,
Kalau Yang Batin dan Zahir juga pun DzatNya
Maka Imam Ghazali ada berkata
“Tidak wujud ciptaan kesemua!” [104]

Kalau kamu tiada kewujudan,
Berani kamu membuat tuduhan,
Allah zalim kamu katakan,
Kelak di akhirat menjadi penyesalan.[105]

Kalau kamu kewujudan tiada
Maka yang ada hanya DzatNya
Kenapa masuk campur urusanNya
Mengurus akan DzatNya?

Maka berdiam dirilah kamu[106]
Jangan celupa, tutup mulutmu
Dia mendengar dan melihatmu
Dengan itu, jagalah pertuturanmu.

Hormatilah Tuhan mu, [107]
Jagalah Ke AgunganNya itu, [108]
KebijaksanaNya jangan diragu,
Loh Mahfuz jangan dipertikaikanmu.

Mereka yang sudah mengenali
Yang sudah tidak buta lagi
Hak dan batil tidak mereka campuri[109]
Kepada Allah mereka menyerah diri.

Mereka menerima takdir Ilahi
Rukun Iman ke enam diyakini
Kalau tidak mereka belum beriman lagi
Rasulullah ada bersabda berkenaan ini. [110]
Kerana itu, Allah memerintahkan kita
Membuat penyerahan sepenuhnya[111]
Serta menerima takdir kesemuanya
Inilah “Islam” erti sebenarnya.[112]

Redhalah kamu kepada Tuhan
Semoga kamu juga dapat keredhaan[113]
Ingatlah apa juga dugaan, katakan
“Kita dan semua ini kepunyaan Tuhan”. [114]

Ingatlah hanya dengan keredhaanNya
Kamu dapat masuk ke SyurgaNya[115]
Maka carilah keredhaanNya[116]
Dengan menyerah sepenuhnya.

Maka apabila ketemu takdirnya Tuhan
Jadilah seperti bola disepak-sepakkan
Mayat yang dimandikan
Atau bayi yang baru dilahirkan. [117]

Hendaklah kamu yakin sepenuhnya
Loh Mahfuz itu sempurna
Di lakarkan oleh Yang Maha Bijaksana
Tidak satu pun dilupakanNya.

Hendaklah kamu yakin sepenuhnya
Dengan hikmah Loh Mahfuz dibuatNya[118]
Tiada di dalamnya sesuatu sia-sia[119]
Kesemuanya berfaedah untuk kita semua.[120]

Yakin tidak kamu
Semua di dalam Loh Mahfuz itu
Baik bagi mu
Tiada apa yang menganiaya mu.[121]

Kerana ia di buat oleh Ilahi
Tuhan Yang Maha Mengetahui
Lagi Maha Bijak Bestari
Mustahil Dia buat yang mengkhianati.[122]

Kerana tidak berpengetahuan
Kamu sentiasa dalam rengutan[123]
Allah disalah-salahkan
Menyangka yang bukan-bukan.[124]

Maha Suci lagi Mulia Tuhan
Kebaikan diberi dibalas tomahan[125]
Dengan Syaitan mereka sekongkolan
Meragui Kebijaksanaan Tuhan. [126]

Tidak kamu dapat pertolongan Ilahi
Selagi kamu tidak menolong diri sendiri[127]
Loh Mahfuz mesti kamu yakini
Kesemua di dalamnya patut kamu syukuri! [128]

Maha Pengasih Maha Penyayang Ilahi
Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui
Maka sudah tentu semua yang dilakari
Adalah yang terbaik dalam semua situasi. [129]

Bibliografi

[74] Ali Imran (3):47; An Nahl (16):40.

[75] Yunus (10):61; Al Qamar (54):52-53.

[76] Al Anaam (6):38.

[77] Al Ahzab (33):62.

[78] Ash Shaaffaat (37):159; An Nahl (16):60.

[79] Yunus (10):61; Al Qamar (54):52-53.

[80] Az Zumar (39):67.

[81] Ar Rahman (55):29.

[82] Al Baqarah (2):255.

[83] Ali Imran (3):154.

[84] An Nisa (4):78.

[85] Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futuh Ghaib, 96 (1990).

[86] Al Furqan (25):2

[87] Al Qamar (54):49

[88] Al Kahfi (18):23-24.

[89] Yasin (36):7.

[90] Ali Imran (3):128; Al Maidah (5):128.

[91] Terjemahan Sunan Ibnu Majah Bk.1, 66 (1992).

[92] Al Israa (17):13.

[93] Id, 66; Terjemahan Sahih Al Bukhari Bk. 8, 402 (1884).

[94] Syeik Abdul Qadir Al Jilani, Op cit, 162.

[95] Syeik Abdul Qadir Al Jilani, Op cit, 55.

[96] Ar-Rahman(55):13;16;18;21;23;25;28;30;32;34;
36;38;40;42;45;47;49;51;53;55;57;59;61;63;65;67;69;71;73;75;77

[97] Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Op cit, 145.

[98] Syeik Abdul Qadir Al Jilani, Op cit, 55.

[99] Id, 162, 163.

[100] Terjemahan Sahih Muslim Bk. 4, 1022 (1993).

[101] Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Op cit, 43.

[102] Al Anaam (6):149.

[103] Al Baqarah (2):169; Al Hajj (22):3, 8; Luqman (31):20.

[104] Imam Ghazali, Ihya Ulumiddin Bk. 7, 427 (1981).

[105] Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Op cit, 43.

[106] Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Op cit, 94.

[107] Al Anaam (6):91.

[108] Az Zumar (39):67.

[109] Al Baqarah (2):42; Al Anaam (6):82.

[110] Terjemahan  Sahih  Muslim Jilid 1, 5 (1994); Terjemahan  Sahih  Muslim Jilid 1, 4 (1994).

[111] Al Baqarah (2):208; Az Zumar (39):12; An Anaam (6):14; Al Anaam (6):71;Al Anbiyaa (21):108; Al Hajj (22):34.

[112] Hammudah Abdalati, Islam in Focus, 7 (1980); Choiriddin Hadhiri Sp, Klasifikasi Kandungan Al Quran, 93 (1996).

[113] Ali Imran (3):162.6

[114] Al Baqarah (2):156.

[115] Terjemahan Sahih  Muslim Jilid 4, 819 (1994). Al Fajr (89):27-30.

[116] Al Bayyinah (98):8.

[117] Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Op cit, 19.

[118] Shad (38):27

[119] Ali Imran (3):191

[120] Yunos (10):5

[121] Al Anfaal (8):51; Fushshilat (41):46; Al Hajj (22):10.

[122] Yunos (10):44; Ar Rum (30):9.

[123] Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Op cit,55

[124] Al Anbiyaa (21):18.

[125] Ibrahim (14):34; Al Hajj (22):66;Az Zukhruf (43):15.

[126] Saba (34):41

[127] Ar Ra’d (13):11

[128] Al Mukminin (23):78.

[129] Al Hajj (22):66.

2 comments » | poetry

PUISI MAKRIFATULLAH – 3

December 7th, 2009 — 5:02am

MAKRIFATULLAH

Kerana pada permulaan
Yang ada hanya Tuhan
Maka “Kun” Dia berfirman
Kepada DiriNya ditujukan. [53]

 

Maka terjadi kesemua ciptaan,
Unsurnya datang dari Tuhan
Kerana pada permulaan
Yang Wujud hanya Tuhan[54]

 

Mengikut kajian Sain,
Kecil dari atom “Unsur” ciptaan
“Big Bang” teori dinamakan
Telescope Hubert membuktikan.[55]

 

Nabi Isa pula memberi pandangan
Kesemua ciptaan disatukan
Lebih kecil sebiji pasir dia katakan
Kepada yang Maha Besar Tuhan.[56]

 

Nabi Isa berkata di Hari kemudian
“Unsur” kecil ini akan kelihatan
Seperti setitik air masin
Kita ketahui ianya daripada lautan[57]

 

Sabda Nabi Isa didapati
Di Injil Barnabas nama diberi
Rektor IAIN Sunan Gunan Jati
Anwar Musadad mengiktiraf Injil ini.[58]
Namun Rasulullah ada mengatakan,
“Unsur” kecil itu di Hari Kemudian
Seperti bulan purnama kelihatan
Tetapi Allah adalah Maha Besar Tuhan.[59]

 

“Unsur” bahasa melayu diberi
Dan “Dzat” bahasa arab seerti[60]
“Unsur” atau “Dzat” tidak boleh dinafi
Adalah kecil berbanding dengan Ilahi.

 

Kerana “Unsur” ini sangat kecilan
Ciptaan tidak boleh menjadi Tuhan
Hanya orang buta mengatakan
Sebatang pokok itu adalah hutan

 

Kalau “Unsur” ciptaan kesemua ini
Sangat kecil berbandingkan Ilahi
Sudah tentu jelas kepada kita ini
Allah Maha Besar, Luas dan Tinggi.[61]

 

Ciptaan wujud dari Dzat kecilan
Dzat kecilan datang daripada Tuhan
Apabila binasa kesemua ciptaan
Dzat kembali kepada Tuhan[62]

 

Maka dalam Al Quran ada terpamir
Dia Yang Awal dan Yang Akhir,[63]
Juga ada firman terukir
DariNya kita mula dan kepadaNya kita berakhir. [64]

 

Dari Dzat terzahir ciptaan
Dzat tersembunyi disebalik ciptaan
Maka tertera di dalam Al Quran
Dzat adalah Zahir dan Batin ciptaan.[65]
Kalau dari Dzat ciptaan dicipta
Maka ada Dzat, ciptaan ada
Tanpa Dzat ciptaan tiada
Dzat wajibul wujud kepada semua.[66]

 

Kalau Dzat adalah batin ciptaan
Maka Dzat berada bersama ciptaan
Maka jelas kepada Tuhan
Kesemua kelakonan ciptaan.[67]

 

Benarlah firmanNya yang berbunyi
Dia Maha Mendengar, Mengawasi
Maha Melihat dan Mengetahui
Serta juga Maha Meliputi.[68]

 

Kerana DzatNya disebalik ciptaan
Maka berfirman Dia di dalam al Quran
Bukan Muhammad yang melemparkan
Yang melempar adalah Tuhan. [69]

 

Kesemua mukjizat di dalam al Quran
Orang mati dihidupkan, [70]
Unta dari batu dikeluarkan[71]
Ini semua DzatNya melakukan.

 

Mukjizat lain juga terlaksana
Lautan terbelah menjadi dua[72]
Manusia bertukar menjadi kera[73]
Ini semua lakonan DzatNya jua.

 

Maka fahamkanlah semua
Yang zahir dan batin adalah DzatNya
DzatNya meliputi semua
Termasuk ruang dan juga masa.

 

Dengan itu, apa jua dikehendakiNya
Pasti akan terjadi sekelip mata
Kerana DzatNya menunggu sahaja
Arahan dari Allah Yang Maha Esa.

 

Bagi Allah tiada yang mustahil
Semua perkara besar dan kecil,
Yang tersembunyi atau terpencil
Apa diperintahkanNya pasti berhasil.

 

Begitulah Allah Maha Berkuasa
Di atas sesuatu yang ada
Tiada terlepas dari PengawasanNya
Di langit, di bumi atau di antaranya.

Bibliografi

[53] Ali Imran (3):47; An Nahl (16):40.

[54] Terjemahan Sunan At Tirmidzi Bk. 5, 342 (1993).

[55] Reader’s Digest Knowledge Quest: Planet Earth and the Universe, 40  (?)

[56] Gospel of Barnabas, 132 (?)

[57] Ibid.

[58] Anwar Musaddad, Kedudukan Injil Barnabas Menurut Pandangan Islam ,30 (1981).

[59] Translation of Sunan Abu Dawud Vol 3, 1324 (1990).

[60] Kamus Dewan Edisi Ketiga, 1558 (2000).

[61] Ar Rad (13):9; Al Hajj (22):62; Al Mukmin (40):12; Ali Imran (3):73.

[62]  Al Baqarah (2):156.

[63] Al Hadid (57):3

[64] Al Hadid (57):3

[65] Al Hadid (57):3

[66] Terjemahan Sunan At Tirmidzi Bk. 5, 342 (1993).

[67] Al Baqarah (2):284.

[68] Al Mukmin (40):56; Al Hijr (15):25; Al Mujadilah (58):7.

[69] Al Anfaal (8):17.

[70] Ali Imran (3):49. Gospel of Barnabas, 241 (?).

[71] Hud (11):64.

[72] Asy Syuaraa (26):63-67.

[73] Al Araaf (7):166.

3 comments » | poetry

PUISI MAKRIFATULLAH 2

November 27th, 2009 — 3:21am

A.              JALAN WALI-WALI (TARIQAT)

Pertama hendaklah anda mendapati
Pengetua Tariqat yang dicari
Mursyid atau Syeikh nama diberi[33]
Untuk menjadi murid di jalan ini.

Hendaklah periksa salasilah Pengetua
Mengesahkan dari mana datang ilmunya
Nama kesemua guru-gurunya
Berakhir kepada Nabi junjungan kita. [34]

Sesudah itu berbaiatlah dengan dia
Berjanji setia kepadanya[35]
Lalu diberinya kepada anda
Zikrullah untuk diamalkan sentiasa. [36]

Permulaan Zikrullah lisan diamali
Dari situ Zikir Qalb berganti
Akhir Zikir sirr diperolehi[37]
Sampai saat diam dan menanti.

Maka sabarlah anda menunggu
Sehingga turun ilham dari Tuhanmu
Pintu makrifat dibuka untukmu[38]
Pengenalan mendadak datang kepadamu. [39]

Sesudah Makrifatullah kamu mendapat
Maka pengajian kamu sudah pun tamat
Kepadamu ijazah dinobat
Salasilah dan Khirqah bersama disemat. [40]

Selepas ini majlis perpisahan diadakan
“Talqin” majlis ini dinamakan
Mursyid memberi beberapa pesanan
Sebelum kamu dilepaskan. [41] 

B.              JALAN NABI-NABI

Jalan Nabi-nabi tidak berinstitusi
Arif Billah, Pengetua Jalan ini[42]
Amat sukar dicari atau dikenali
Jarum peniti di dalam beras berguni

Sesudah anda bersua dengannya
Maka dengarlah syarahannya[43]
Pintu Makrifat dibukakannya
Makrifatullah dicapai serta merta[44]

Sesudah itu rahsia ilahi diajarkan
Peranan Loh Mahfuz dipamerkan[45]
Berkesinambungan dengan Dzat Tuhan
Takdir kini anda terima keseluruhan.[46]  

Inilah Islam maksud pengertian
Menerima sepenuh ketetapan Tuhan[47]
Menyerah diri dengan keseluruhan[48]
Tabah mengalami segala ujian. [49]

Kerana tabah menghadapi dugaan
Anda kini diredhai Tuhan
Dalam jemaahNya anda dimasukkan[50]
Orang-orang Allah nama diberikan.

Kini yang tinggal bagi anda
Beribadah kepada Tuhan Yang Esa[51]
Mengikuti segala SyariahNya
Diturunkan kepada Nabi junjungan kita. [52]

Bibliografi
[33] Aboebakar Atjeh,  Pengantar Sejarah Sufi dan Tasauf, 49 (1977).
[34] Ibid.
[35] Ibid.
[36] Aboebakar Atjeh, Op cit, 50.
[37] Id, 50.
[38] Ibid.
[39] Abd Qadir Al Sufi, The Way of Muhammad, 169-179 (1997).
[40] Aboebakar Atjeh, Op cit, 50.
[41] Aboebakar Atjeh, Op cit, 50
[42] Syeikh Abdul Qadir Al jilani, Futuh Ghaib, 95 (1990).
[43] Saiyid Ahmad Ar Rifai, Benteng Ahli Hakikat, 112 (1994).
[44] Saiyid Ahmad Ar Rifai, Benteng Ahli Hakikat, 140 (1994).
[45] Yasin (36):12.
[46] Muhammad Said Ramadhan Al Buti, Keyakinan Hakiki, 112.
[47] Al Baqarah (2):208.
[48] Az Zumar (39):12; An Anaam (6):14; Al Anaam (6):71;Al Anbiyaa (21):108
[49] Al Ankabut (29):2.
[50] Al Fajr (89):27-30.
[51] Adz Dzaariyaat (51):56.
[52] Al Jaatsiyah (45):18.

Comment » | poetry

Lima Belas Saat Kemudian

November 21st, 2009 — 9:55am

Lihatlah di sekeliling kamu
betapa indah nian ciptaan Tuhan
alam yang berwarna warni…
kicauan bunyian ungas
desiran air terjun berirama kesyahduan
ahhhh… indah lukisan Tuhan…

Pada yang beriman
tiada apa kedengaran di kupeng nya
tiada apa terlihat dek mata nya
tapi …..
hanya Rabb Nya
yang ada …..
susah nak di kata
oleh mulut nan berdosa ..
hanya minda jauhari tahu
nilai nya manikam …

Yang dalam kefanakan cinta dunia..
menjadi alpha ..
hilang didalam khayalan
tiada haluan …

Namun lima belas saat kemudian

Tanpa disangka…
perubahan datang mendadak…
yang menderita bertambah merana
yang bersuka ria jadi derita
yang terlupa ..
aduuuuuuh… apa yang hendak dikata…

Tergesa gesa beringat semula
masa sudah terlambat
sudah hilang daya
minda hilang kuasa
dek diselimuti lalai dan lupa…

Kepada Nya jangan engkau tanya
Kerana Kuasa Dia punya
Kebenaran hak milik Nya
Dia berhak mengurniakan
kepada sesiapa saja Dia suka….
engkau yang memerlukan
Rahmat Nya….

Mampukah engkau redha
sebagaimana Dia meredhai mu

Jangan sesudah lima belas saat kemudian

Engkau hilang pegangan …
Engkau hilangan arah tujuan

Ingatlah …

Dugaan Nya amat sukar
Untok engkau tawan ….
Kepahitan Nya
Amat sukar untuk engkau telan

Dia tidak menzalimi kita sekelian ….
Kalau engkau sayang Kepada Nya

Sentiasa lah ingat kepada Nya
Yang Maha Kesian …
Yang kaya Rahmat
Pasti tiada kesukaran

belum sempat mata mu berkelipan
engkau dapat penjelasan
dapat engkau meraihkan

Nanti engkau faham
bahawa engkau ini ciptaan
oleh Yang Maha Ihsan ….

Dari Dia kita datang ..
kepada Dia kita kembali …

Ya Allah …. berilah aku keredhaan Mu
Aku tiada mahu kerugian
walaupun sesaat ..
berilah aku kefahaman
agar aku dapat mempraktikkan
Amanat Mu …
Yang gunung pun tidak mahu kerjakan ….

Plilihlah Aku
Mengarung jersi Mu …
Orang dibawah Rahmat Mu…

Amin
Aku yang mengharapkan

Amran AW
20 Nov 2009

2 comments » | poetry

Dian

November 21st, 2009 — 9:52am

Sinarmu

Menghilang
sekian lama

Sumbu mu
Membakar cahaya
mengapa tiada menyala …

Cahayamu
tidak memancar
malap benar ..
walaupun pelita ku
tampak menyala ..

Oh….
Aku masih ternoda..
masih kotor dengan dosa…

Baru aku sedar
kenapa dian ku tiada cahaya

Kerana aku masih ternoda

Ampunkan aku duhai Rab
terima kasih….
diatas deguran Mu

Amin

Amran AW
20 Nov 2009

Comment » | poetry

Bercinta Itu Sakit

November 21st, 2009 — 8:58am

Kalau ku tahu bercinta sakit
tidak ku mula se dari mula
demikian rangkap lagu SM Salim
memang ada benarnya
apabila sudah bermula merindu
bila tiada bersua
aduh terasa sakit jiwa …

Fikiran berkocak dan bergolak
sepintas perahu dipukul ombak
curiga, cemburu, marah berojak
apa dibuat semua dak kena
tidur pun tiada lena
kasih sayang adalah fitra Nya
yang bernyawa pasti memerlukan nya

Bila mula kenal pada Nya
aku resah gelisah …
bermacam-macam prasangka
berojak di benak kepala
kusut-masai fikiranku…..
jiwa ku mengalami tsunami

Diriku mula tiada terbela
mengelamun saja
mencari cari…
tiada apa yang ku fikirkan
hanya Dia

Hampir hanyut perahu ku layari
berkemudi tidak, berdayun pun tidak
mengunakan layar jauh sekali
aku terapung …
di permukaan lautan marifat …
diriku kehilangan segala-gala nya

Di kala itu datang seekor burung camar
memanduku kearah tujuan
Syukuran…

Baru ternampak kilauan bintang
nan bertaburan di dalam cekaman Nya
memanduku kearah kiblat ….
ke arah tujuan …
pada yang Satu..

Tuhan yang satu …
hanya Dia …

Bukan ciptaan Mu
yang membawa perahu ku
sampai ke perlabuhan Mu ..
tapi Rahmat Mu

Terima kasih
Ya Rab …

Allah ..
Allah ..
Allah ..

Tiada kata yang dapat
aku cantek kan bahasa
bila aku mula sujud kepada Mu
dengan penuh produktif

terketar ketar aku menahan
panah kurnia Mu

Dengan sepenuh harapan
setinggi gunung
aku mengharapkan
Rahmat dan Rahim Mu

Sungguh kata orang bercinta itu sakit
Kalau tidak manakan terasa
nikmat nya kurniaan Mu
izinkanlah aku mengecapi
kemanisan kasih Mu

Doaku
Ya Allah…

Kabulkan lah
harapan ku ….
jangan biarkan lagi ….
aku terkapai kapai …
setelah nikmat Mu
kau kurniakan

Tak mahu
aku lepaskan

Amin ..

Amran AW
19 Nov 2009

Comment » | poetry

Tikar Mengkuang

November 19th, 2009 — 4:08am

oleh Amran Abdul Wahab

Tikar mengkuang amat cantik pada rupa
Lembut mata memandang

Pandan mengkuang diraup rapi
Di anyam hingga terbentang menjadi
Tidak senang mengayam
Jika tiada kemahiran yang tajam
Terluka tangan
Jari jemari menjadi kasar
Malu dipandang orang
Kalau jejari nak dara sunti ..

Jika mahu berharga tinggi
Tikar diwarna-warni
Dengan sentuhan seni

Begitu jua minda hati
Mesti di raup di buang sarang
Agar sifat kedengkian hilang
Agar ke egoan mati kecundang
Agar sudah tiada tersalah pandang

Kalau mahu menjadi tajam
Mestilah diri selalu menyepi
Kepada Ilahi selalu dipandang
Mulut nan celupah wajib di patri

Biar selalu berendam si air mata
Agar minda hati menjadi terang
Tiada lagi ianya buta
Baru terasa Rahmat Ilahi

Mula terasa diri tiada kuasa
Nasib dirimu telah lama nyata
Sebelum engkau ada
Apa lagi yang nak di sengketa

Kalau sudah sampai ke peringkat ini
Diri kita mesti sentiasa di jaga
Agar tiada senasib  si tikar mengkuang
Walau lama dipakai serta dijaga
Tikar mengkuang akhirnya rosak juga
Bila berlapok dibuang orang

Samalah juga keimanan diri
Bila syirik kecil tiada dirasa
Ijab mula berselaput semula
Punahlah segala usaha
Busana diri hilang semula
Turun naik tidak penat ke ?

Tapi tiadalah mengapa
Kerana diri ini mesti diasak juga
Kalau tidak masa kan bisa
Kita bermunajat kepadaNya
Dia juga mahu menduga kita
Sejauh mana pengakuan kita
Jangan seperti menanam tebu di tepi bibir saja

Hujung minggu masih beli ekor kuda
Tapi mengaku rindu pada Nya
Yang Maha Esa

Maha Suci Allah
Agar kita berada di dalam Rahmat Nya

Amin

Oleh
Amran Abdul Wahab

18 Nov 2009

Comment » | poetry

Kemelut ekonomi

November 19th, 2009 — 3:50am

oleh Amran Abdul Wahab

  

Ekonomi yang meleset
Mengugat ramai jiwa
Keloh-kesah …
Kedengaran sini sana …
Menguburkan desiran
Hiruk pikuk bandar
Yang sentiasa sengketa…..

  

Anak anak Adam
Dirundung malang
Makan tak lalu tidur tak lena
Terkena sawan ekonomi muram …

  

Jejari menuding
Perancang belanjawan
Melarikan ribuan billion dollar
George Bush pun tak terhindar
Dari cemuhan mereka …

  

Anak Adam lupa diri
Tak memandang pada Illahi
Yang mengadun rempah ratus
Hidup ini …

  

Dari mana rezki mari
Tanya kawan India ku
Jawabku dari Ilahi …

  

Jawapanya selamba sekali
Saya yang cari
Peloh keluar penat lagi
Macam mana awak kata
Dia yang beri

  

Penerangan
Aku beri

  

lagi
Dia mengeleng kepala
Entahkan setuju
Entahkan menidak-kan nya …

  

Aku tak ambil kira
Hujah hujah Tambi ini
Kerana

  

..
Ugama nya kepercayaan dia
Ugama ku aku percaya
Ugama ku ditauliah
Yang Maha Esa …
Kepastian aku jaga
Itulah tauhid nyata ….

  

Duhai kawan dan teman
Jangan di layan duka
Apa jua yang meleset
Usah gundah gulana
Kan Allah ada
Dia yang mengurnia

  

Jangan kau bertemankan
Syaitan iblis qarin durjana
Sepintas mereka mengusik
Kau melatah
Lupa segala …
Kau lupa akan Tuhan kita

  

Jangan kau lupa firman Nya
Ingatilah Aku
Pasti Aku mengingati mu

  

Berpada padalah teman
Ingatkan Allah selalu
Dia tak jauh dari kita ….

  

Maha Pencipta
Siapa lah kita …

  

Subahannallah
Dia ….
Yang maha mengetahui
Yang tahu segala
Tak dapat kau bersembunyi dari Nya

  

  

Amin.

  

Amran Aw
Singapura
18 Nov 2009

1 comment » | poetry

SEKIAN LAMA AKU MENCARI

November 19th, 2009 — 3:01am

Poem of Mr. Suratman Markasan – A Guest of Amran dan Hussien

 

 

1

 

Ketika kekasihku ketika isteriku Kau jemput pulang
aku terjaga dari tidurku yang lena
dedaun di pohon hatiku gugur sama
mataku sendu tidak mengalirkan titisan kristal
sahabat taulan pulang lumrah
keluarga datang keluarga pergi meninggalkan doa
saban pagi aku mengusap tanah di atas pusaranya

 

tiap yang dicipta-Nya akan diambil kembali anugerah pemberian-Nya
roh akan terbang keluar dari dahi jasad
nyawa masih tinggal beberapa saat di belakang
kemudian terkatup rapatlah pelita itu tiada cahaya lagi
sepekan berlalu di satu solat subuh sepi
ketika aku berdialog redo dengan-Nya disusuli titisan kristal
selesai sudah solatku tiba-tiba ada tepukan di bahu kananku

 

diikuti suara roh kekasihku isteriku
terdengar mesra tiga kali berturut ‘bacalah al-Quran’
ketika aku menoleh ke belakang gementar takut
satu lembaga putih perlahan hilang di siling putih
sejak itu aku menguliti kitab mencari erti diri
mencari erti hidup dan mati
di perjalanan bulan dan mentari

 

 

 

2

 

aku merangkak di bawah pohon hari
aku berjalan berlari di atas daun hari yang gugur
aku berlapar saban hari tak tentu diri
aku terbang di atas pohonan hari
aku bertemu ayat-Nya setiap hari di sepi diri
ke mana saja kau mengadap di situlah wajah Allah1)
aku terima tanpa bertanya diri
tapi pencarian terus berlegar di dalam hati

 

aku mencari terus mencari
dari orang yang banyak tahu ilmu agama pasti
lembar demi lembar hayatku berlalu pergi
makan pakaiku tak terurus lagi
aku bertemu ayat-Nya yang berbunyi
‘tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan diketahui-Nya 2)
aku hafal aku yakin itu firman-Nya
tapi belum dapat aku mencantumkan inti-pati-Nya

 

aku bertemu guru yang menyebut
kenalilah dirimu barulah engkau mengenali-Nya nanti
berzikirlah terus-menerus
Astagfirullah sekuat nafsumu
lalu beri selawat kepada junjunganmu Muhammad
jangan putus-putus
dan sebutan Allah jangan lepas dari bibirmu
inilah bai’atku kepadamu!

 

selepas itu putuslah hubunganku dengan guruku
aku teruskan pesan amanah guruku
letih-latahlah aku dengan zikirku
tapi mata-hatiku terus mencari dan mencari
lalu aku bertemu potongan ayat al-Quran yang menarik ini
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya,
dan sesunggunghnya merugilah orang yang mengotorinya 3)
tapi aku belum dapat menghubungkan semua ayat-ayat itu

 

 

 

4

 

aku terus membaca meneliti
dalam perjalanan hari-hari yang kian sempit ini
akhirnya datanglah seorang perempuan bernama isteri
dia memimpin hati yang gelisah-mancari
ke satu majlis taklim orang-orang sufi
dan aku bertemu guru yang memberi khabar peri
bahawa segala sesuatu
yang ada di bumi dan di langit adalah ciptaan-Nya pasti
dan setiap yang dicipta-Nya itu terjadi daripada
sebahagian dzat-Nya yang sangat seni
dan berita baru itu dan ayat-ayat-Nya yang tersimpan di dalam diri
sekelip mata memancarkan cahaya kewujudan-Nya pasti

 

turunlah cahaya itu menerangi mata-hatiku kini
betapa selama ini yang kucari telah wujud di dalam diri
sifat dzat-Nya itulah yang menjadi tali penghubung
ayat demi ayat-Nya pasti
‘di mana kau palingkan wajahmu di situlah Wajah Allah
kerana dzat-Nya tersemat di dalam tiap ciptaan-Nya
maka jelas-teranglah jalan sehala
‘tidak sehelai daunpun yang gugur melainkan diketahui-Nya!..
 

 

setelah mengenal ilmu yang kucari
ketakutanku sentiasa menyelimuti fikirku kini
kerana setiap langkah dan sebutan kata
tak bisa lagi dibohongi tak bisa lagi dihindari
bukan saja dzat-Nya menjelma di mana-mana
tapi telah wujud ketika roh ditiup mesra
di dalam jasadku ketika 120 hari umur embrioku ini 4)
Ya Allah Ya Bari’u Yang Maha Penata
Ya Allah Ya Alim Yang Maha Bijaksana
ampunilah hamba-Mu yang selama ini buta-hatinya!
Bersyukurlah aku menemui guru panduku ini!

 

 

 

5

 

‘Jadikan hatimu bagai bekas yang bolong
dengan itu segala kotoran akan bolos hilang
yang tinggal hanyalah Allah dan Allah semata!…’ 5)
kudengar bisikan ibarat Syeikh Abdul Kadair Al Jilani
ditambah pula dengan ayat-Nya begini
“Allah itulah yang memberi ketenteraman
di dalam hati orang-orang beriman…” 6)
seketika itu hati kecil ini menjadi mantap kembali

 

Setelah itu jiwa ini menjadi mudah cengeng
setiap menjelang subuh ketika aku berkhlwat dengan-Nya pasti
gementarlah tubuh hina ini bergoncang tiba-tiba
ketika kata wa kina azaban nar mula meniti di bibir
mulailah suaraku bergetar dan tergenang kristal di kelopak mata
kemudian aku melihat cahaya datang cahaya hilang
silih-berganti di dalam relung-lurah pandangku
‘Teruskan mengingati-Nya
wajahmu telah mula terang bercahaya…’
begitu sebut tingkah guru panduku pula

 

sampai di sini sahajakah titik pencarianku?…
Fikirku bertanya di dalam diri
‘Apabila rohmu telah suci bersih
rahasia daripada segala yang rahasia
gaib daripada segala yang gaib
akan terbuka menerangi hujung pandangmu
dan ketika itulah engkau
mengenal antara musuh dengan sahabat
mengetahui antara hak dengan batil
memilih antara tauhid dengan syirik…’ 7)
bisik Syeikh Abdul Kadir Jilani lagi.

 

 

lalu teringatlah aku akan ayat-Nya
‘… sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya…’
natijah dari semua petunjuk firman-Nya
dan bisikan suara-suara sufi Syeikh Abdul Kadir Al Jelani
bimbing-pandu daripada guruku yang mulia
nasihat perempuan bernama isteri yang sabar
campur ocehan anak yang sering kritis bertanya
menjadi aku sabar menunggu menjadi aku redo menanti!
Cuma aku tidak tahu apakah aku akan menemuinya nanti?
Dan kini aku benar-benar merasa begitu kerdil di sisi-Mu
Ya Allah! Ya Raab!
Aku menyerah total ke hadirat-Mu Ya Allah! Ya Raab!
Pandulah kami ke landasan kebenaran hakiki-Mu
Lindungilah kami dari jampi-serapah syaitan-iblis laknat!
Suara hatiku berbisik rinci!

 

Woodlands Avenue 1
29 Ramadhan 1430
19 September 2009

 

 

 

1) Sebahagian Surah Al Baqarah: 2:115
2) Sebahagian Surah Al An’aam: 6:59
3) Sebahagian Surah Asy Syams: 91:9-10
4) Quran Saintifik, Oleh Dr Danail Zainal Abidin: Hal.146
5) Ilmu Makrifatullah: Hj Hussien bin Abdul Latiff: Hal.19
6) Sebahagian Surah Al Fat-h:48:4
7) Ilmu Makrifatullah: Hj Hussien bin Abdul Lataiff. Hal.19
 

Comment » | poetry

PUISI MAKRIFATULLAH – 1

November 16th, 2009 — 7:28am

A. SEJARAH

Allah yang ada pada permulaan
Tidak ada apapun bersama Tuhan[1]
Apabila “Kun” Dia berfirman
Maka terjadilah kesemua ciptaan.[2]

Dikumpulkan roh kesemuanya
Kepada roh dikenalkan DiriNya
Ikrar mereka semua diambilNya
Pengenalan sudah mereka terima.[3]

Supaya manusia tidak mengata
Mereka tidak menyembahNya
Kerana tidak mengenaliNya[4]
Atau ikut agama moyang mereka.[5]

Ketika manusia akan dilahirkan
Roh yang sudah mengenali Tuhan
Dimasukkan ke dalam badan
Beragama Islam mereka dilahirkan.[6]

Apabila dilahirkan sahaja
Menangis bayi tidak terkira
Nabi Muhammad ada bersabda
Mereka diganggu syaitan durjana.[7]

Syaitan mulai menganggu manusia,
Semenjak manusia lahir di dunia
Kerana mereka menuduh kita
Penyebab mereka terkeluar syurga.[8]

Maka berperangailah manusia kini
Dari bayi sehingga dewasa tiada henti
Digoda syaitan yang menanti
Di depan, belakang, kanan dan kiri.[9]

Sesudah mereka disesatkan
Anak-anak mereka berikutan
Kafirlah generasi berterusan
Tanpa pertunjuk dari Tuhan.[10]

Lebih 124,000 nabi dihantar Tuhan[11]
Membantu manusia kepangkal jalan
Kalau tidak, ramai mengikuti syaitan
Masuk ke neraka di hari kemudian.[12]

Setiap nabi yang dihantarkan
Kepada umat mereka dikenalkan
Kewujudan hanya satu Tuhan
MenyembahNya, satu kewajipan.[13]

Utusan yang akhir dihantar Tuhan
Muhammad, nabi penghabisan
Baginda juga rahmat Tuhan
Untuk manusia sekalian.[14]

Setelah wafatnya baginda,
Para sahabat berdakwah pula[15]
Disusuli Tabiun dan pengikut mereka
Sesudah itu Arif-Billah bertugas pula.[16]

mpuisi1a

Namun di akhir abad 3 hijriah
Pembaruan datang menerjah
Pengajian Tasawuf berubah
Perjalanannya kini berpecah[17]

Jalan Tasawuf berpecah dua
Satu ikut jalan yang lama
Satu lagi ikut jalan baru pula
Masing-masing ikut hala mereka.[18]

Seorang Mujtahid Islam, Sirhindi
Memberi nama kedua-dua jalan ini
Yang lama, Tasawuf Jalan Nabi-nabi
Yang baru, Tasawuf Jalan Wali-wali.[19]

mpuisi1b

B. ARIF-BILLAH

Arif-Billah  adalah orang pilihan Tuhan[21]
Dilengkapkan Allah rahsia dan ilmuan [22]
Menjadi pembimbing manusia sekalian[23]
Yang mencari pengenalan kepada Tuhan.

Merekalah orang-orang Tuhan,
Kedudukan mereka menakjubkan 
Satu stesyen dibawah kenabian[24]
Timbalan nabi atau rasul Tuhan. [25]

Mereka pegawai kerohanian Tuhan[26]
Membawa keamanan dan kesentosaan
Serta kesejeterahan dan kemakmuran[27]
Adanya mereka, negara keberkatan[28]

Maka lekaslah mencari mereka[29]
Sebelum kewafatan mereka semua[30]
Dengar dengan teliti syarahan mereka[31]
Sehingga Makrifatullah tercapai anda. [32]

Continue reading »

Comment » | poetry

Al Baari’u

September 28th, 2009 — 9:33pm

Poem of Mr. Suratman Markasan – A Guest of Amran dan Hussien

1

Allah Maha Pencipta Allah Maha Penata
bermula dari tiada menjadi ada
manusia tidak jadi dari Nur Muhammad
itu tidak benar sama sekali
jika engkau hidup dalam zaman Khalifah Ali
pastilah engkau akan diusir atau dibakar

Allah Al Baari’u Allah Maha Penata
Allah mencipta Adam dari tanah
maka itu iblis tidak mahu menyembah Adam
kerana dirinya dijadikan daripada api
menyangka dirinya lebih mulia daripada Adam
tapi Adam yang dianggap hina lebih pintar daripada iblis

Tentunya engkau sedar dan tahu
akhirnya iblis yang angkuh diusir-Nya
tapi si angkuh berjanji kepada-Nya
tidak akan banyak manusia yang menyebelahi-Nya
si angkuh berjaya menggoda manusia pertama
memakan buah kholdi larangan-Nya!

2

Adam dan Hawa diampuni Allah
lalu mereka menjadi khalifah di bumi
dan benar janji iblis-syaitan kepada-Nya
angkara sumpah nestanya kepada Yang Esa
keturunan Adam-Hawa akan tertipu tergoda
yang halal menjadi haram
yang haram menjadi halal
meminum khemar yang merosakkan menjadi kesukaannya
memakan wang bunga yang berlebihan sangat disenanginya
membunuh mereka yang tidak sejalan
menghancurkan bumi tidak terkira lagi
sehingga bongkah airbatu di utara di selatan menjadi cair
dan akibatnya ada bumi yang akan tenggalam nanti

Iblis-syaitan terus bertungkus-lumus
manusia yang dikirimi nabi-nabi
sebagai penasihat dan pesuruh Allah
tidak diikuti malah dimusuhinya
mereka menzalimi dirinya sendiri
lalu mereka mengikuti nafsu yang dikawal iblis-syaitan
Allah As-Sabuur Allah Maha Sabar
Allah menurunkan nabi Muhammad pesuruh terakhir-Nya
diiringi al-Quran kitab yang dilindungi-Nya
yang tidak bisa diubah manusia seperti yang berlaku sebelumnya
Allah menasihati Muhammad jangan bersedih
jika Dia mahu manusia seluruhnya menjadi Islam pasti akan berlaku!

kerana semuanya itu adalah sebahagian daripada dzat-Nya yang kecil!

3

Manusia yang dirong-rong syaitan-iblis
tidak mempelajari dari sejarah yang ditunjukkan-Nya
kaum nabi Noh yang mengikuti nasihatnya selamat daripada bah
kaum nabi Musa yang mengikutinya selamat daripada Fir’un
akan tetapi dalam perjalanan masa
manusia tetap angkuh menolak Al-Quran
memperlekeh nabi Muhammad Pesuruh-Nya!

Berjuta tahun sudah berlalu
bulan terus mengelilingi bumi
bumi mengelilingi matahari
dan matahari mengeliling planet lainnya
masing-masing bergerak dengan santun di pasaknya
tidak pernah terjadi tabrakan antara satu dengan lainnya
itulah Allah Al-Baari’u Yang Maha Penata dengan plan induk-Nya

Tidak tahukah engkau?

bayi-bayi penyu laut yang kecil mungil
akan keluar berbondong-bondong pada malam hari
menuju ke pantai ketika bahaya tidak muncul
dalam proses waktu dengan tidak berbekal kompas pandu
antara 20 hingga 25 tahun kemudiannya
penyu-penyu itu kembali ke tempat asal lahirnya
setelah mengharungi samudera kira-kira 8000 kilomater 1)

Itulah tandanya kekuasaan Allah Al Baari’u
‘Dan pada penciptaan Kamu dan pada
haiwan-haiwan melata yang berterbangan
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah
bagi kaum yang berakal’ 2)

tutuplah matamu pakailah mata-hatimu
lalu kamu akan mengenal sungguh-sungguh
Allah Al-Baari’u Yang Maha Penata!

Kamar IPA
17 Ramadhan 1430
7 September 2009

1) Maurice Burton ‘Reptiles’: Encyclopaedia of Animaals (CBPC) Publishing Ltd., hal.120
2) Surah Al Jaatsiyah: ayat 4

Comment » | poetry

SELAMAT HARIRAYA AIDILFITRI 1430

September 28th, 2009 — 9:26pm

Poem of Mr. Suratman Markasan – A Guest of Amran dan Hussien

Hari-hari penuh rahmat akan berlalu pasti
si kakek sedar diri bersedih diri
terkenang apakah amalnya diterima Ilahi
setiap menjelang subuh sedu-sedan menyendiri

Si kakek terketar sendiri di kamar kaku
dari tiap penjuru dzat-Nya melirik begitu
ketakutannya menjadi tinggi tak menentu
terkenang anak-anak yang belum mengenal ilmu

Apakah engkau wahai temanku
tidak menangisi bulan suci yang pasti pergi
daun-daun hari akan terus gugur tentu
tak mungkin kita bisa menahan khudrat Ilahi

Kita hampir tiba di garis penamat pencarian kita
mungkin kita tersilap langkah tersalah kata
sama-samalah kita memberi maaf dengan rela
semoga Tuhan mengampuni kekurangan ilmu kita

Suratman Markasan
Halimah Madon
Muhammad Hidayat Suratman

1 Syawal 1430
20 September 2009

Comment » | poetry

Al Khaaliq

September 28th, 2009 — 9:24pm

Poem of Mr. Suratman Markasan – A Guest of Amran dan Hussien

Dialah Al Khaaliq yang mencipta segala-galanya
bermula planet-planet besar dan kecil
dan tiap satunya berputar di atas paksi dengan santunnya
kemudian Adam Hawa dan keturunannya
lalu segala isi bumi lautan langit dan penghuninya
termasuk ruang dan masa juga
semuanya diatur-tetapkan pergerakannya
tiada siapa yang tahu melainkan Al Khaaliq Maha Pencipta
tika tiba saat luput masanya
kembalilah semua tiada kecuali mengadap hisab-Nya!

Tidakkah engkau berfikir ketika berbaring dan duduk
bagaimana bulan mengelilingi bumi
lalu bumi mengelilingi mentari
dan mentari mengelilingi berjuta pelanet lainnya
semuanya santun bergerak di atas pasaknya
sehingga tidak terbentur antara satu dengan lainnya
tapi mengapa mobil dan kenderaan lainnya di bumi
yang dipandu manusia sesekali bisa tabrakan
lokomotif atau bulet-train yang dilengkapi monitir tercanggih
bisa tabrakan juga di mana-mana negara teknologi canggih?

Selidiklah tentang dirimu juga
bagaimana otakmu berfungsi setiap detik
pancainderamu santun bergerak
tanganmu yang memegang makanan tidak menyumbatnya ke telinga
tika menyetir mobil bukan kedua kakimu yang memegang alatnya
tika telfon berbunyi tidak kau letakkan di kepalamu
tika bergerak ke mana-mana tidak kau gunuakan dua belah tanganmu
kerana di dalam otakmu ada dzat-Nya
yang mengurus mengatur gerak-geri jasmanimu
demikianlah di tiap cekerwala itu pun ada dzat-Nya
itulah Allah Al Aliim yang Maha Bijaksana
itulah Allah Al Baari’ yang Maha Penata

Bertanyakah engkau di benakmu
bagaimana kekuasaan yang ada pada-Nya
biarpun adik-beradik kembar itu
sulit untuk dibedakan wajahnya
tidakkah kau selidiki
cap di jarinya tetap berbeda
bahkan setiap manusia yang dicipta-Nya
cap jarinya tetap berbeda!
tidak ada yang sama antara satu dengan yang lain
itulah Allah Maha Bijaksana!
itulah Allah Maha Penata!
Tapi malangnya mereka menidakkan-Nya!

Woodlands Avenue One
3 Jamadialakhir 1430
28 Mei 2009

Comment » | poetry

Allah Sentiasa Melihatku

September 3rd, 2009 — 2:53am

Poem of Mr. Suratman Markasan – A Guest of Amran dan Hussien

Di kamar kecilku ada empat dinding batu kaku
aku merasa tiba-tiba ada banyak mata di dinding itu
menghunjam merenungku terus.
tahukah engkau!
Batu-batu itu asal-mulanya berjuta pasir-masir halus
dan pasir-masir halus itu wujud hasil ciptaan-Nya nyata
terdengar suara halus di telinga-hatiku
Aku tahu di balik wujudnya ada dzat-Nya
lalu aku menjadi gementar takut!

Aku ke mana dan di mana
aku bertembung dengan segala rupa
gedung pohonan manusia kenderaan haiwan dan
nafikan apa yang zahir mata-hatiku bilang
renungilah yang batin di sebaliknya
bukan gedung tapi dzat-Nya
bukan pohonan tapi dzat-Nya
bukan manusia tapi dzat-Nya
bukan kenderaan tapi dzat-Nya
bukan haiwan tapi dzat-Nya

Ya Allah Ya Rab!
semuanya melekat di mata-hatiku
aku terduduk di atas bangku batu kaku
dan aku menjadi gementar menderu sayu
kerana di tubuh kasarku juga ada dzat-Nya
pasti aku di dalam genggaman dzat-Nya juga
di kakiku ada rumputan
di bawah rumputan ada tanah
semuanya itu melirik merenung tajam
lalu aku merangkak pulang gementar terus
kerana di situ di mana ada dzat-Nya juga

Aku terketar-ketar menguci kamarku
aku selimuti jasad kasarku
aku menggigil sendirian tak tentu
terkunci di atas sejadah biru
Engkau tak bisa meloloskan dirimu
bisik nyeri mata-hatiku
daripada penglihatan-Nya tentu
‘tiada sehelai daun pun yang gugur
melainkan diketahui-Nya’

Janganlah kau lari daripada-Nya
terdengar telinga-hatiku bersuara
engkau telah dianugerahi-Nya
ilmu awaluddin mengenal diri-Nya
kian kerap engkau mengingati-Nya
kian tenang hati-nubarimu

Aku mengecilkan tubuh kasarku
dalam apitan dua lututku erat
setiap jasad telah ditentukan-Nya
dalam kitab-Nya Lohmahfudz-Nya
bisik nyeri mata-hatikuku
aku terus menggigil kedinginan ketakutan selalu!

Gedung PKMS
15 Jamadilakhir 1430
9 Jun 2009

1 comment » | poetry

Ketika aku berjalan

August 25th, 2009 — 4:31am

Poem of Mr. Suratman Markasan – A Guest of Amran dan Hussien

Ketika aku berjalan di tengah hutan kelam
tidak kutemui sesiapapun melainkan tumbuh-tumbuhan kusam
yang tinggi memuncak yang rendah mengakar
tiba-tiba kudengar dari telinga-hatiku
Tahukah engkau tumbuh-tumbuhan itu makhluk serupamu?

Tumbuh-tumbuhan itu hidup seperti kamu
ia perlu makan ia perlu minum
Aku tahu kerana aku belajar ilmu sains
Tahukah engkau asal-mula pakaian yang menutupi tubuhmu?
Daripada benang
Dan benang itu asal-mulanya dari mana?
Daripada kapas
Lalu kapas itu asal-mulanya dari mana pula?
Pasti daripada tumbuh-tumbuhan
Akhirnya tumbuh-tumbuhan itu siapa yang menciptanya?

Aku mengingat-ingat pelajaran sainsku
Tentang benda hidup dan benda mati
persenyawaan antara debu jantan dan debu betina kata hatiku
Sama seperti lahirnya engkau balas telinga-hatiku
daripada percantuman mani ibu-ayahmu!

Bagaimana akar tumbuh-tumbuhan itu
menyampaikan makanan ke seluruh batang dahan ranting dan daun?
Soal telinga-hatiku
Aku teringat akan guru makrifatullah berkata
apakah akan kau rujuk ilmu sainsmu juga?
Aku diam membisu
Semuanya tidak berlaku seperti terjadinya begitu saja
seperti makanan yang engkau makan itu
dihadamkan oleh organ di dalam tubuhmu

Ada suatu kuasa ajaib yang menatanya
Dia itu Al Baari’u Sang Maha Penata
Yang Menjadikan Yang Mewujudkan Yang Merupakan
Dia menata proses makanan tumbuh-tumbuhan
dan makanan di dalam usus-perutmu
kerana di balik semua mahkluk ciptaan-Nya itu ada dzat-Nya!
Teringat lagi seru guru makrifatullahku

Aku bergerak menyusur sungai
suaranya berderau geraknya menyasar tak pernah sepi
seperti sang sufi berzikir ketika berkhalwat pasti
sedarkah kau air itu diturunkan  oleh-Nya seru telinga-hatiku
lalu menyusur ke sungai-sungai memecah batu
menyuburkan tumbuh-tumbuhan dan menyenangkanmu!

Jadi apa yang kamu lihat menerusi mata kasarmu
gedung kenderaan manusia haiwan tumbuh-tumbuhan dan segala apa juga
bayangkanlah di dalam mata-hatimu semuanya itu
Dzat Allah yang ada di sisinya jua
kerana semuanya itu adalah ciptaan-Nya
Sesuailah Allah menurunkan firman-Nya
Ke mana saja kau mengadap di situlah Wajah Allah!

18 Rabiul Akhir 1430
14 April 2009
Woodlands Avenue One

1 comment » | poetry

AKU BACA AKU DENGAR

August 11th, 2009 — 12:23am

Poem of Mr. Suratman Markasan – A Guest of Amran dan Hussien

AKU BACA AKU DENGAR

PERTANYAAN ANAK KEPADA AYAHNYA
DI SEBUAH PADANG PASIR YANG LUAS

Ayahku!
Guruku bilang‘ke mana saja kamu mengadap di situlah wajah Allah’
tapi di keliling saya ini sekarang hanya pasir semata tidak saya lihat apa-apa pun juga!
Baik di dekat sini  atau pun di jauh sana
apatah lagi melihat Allah!

Anakku!
Jika kamu memandang dengan matamu tentu kamu tidak nampak gubuk tua kita;
di mana pun di padang pasir kontang ini tapi jika kamu memandang dengan mata-hatimukamu tahu letak gubuk yang terbuat daripada batu dan pasir itu kerana kamu ada ilmu di mana letaknya gubuk itu jadi kamu perlu punya ilmu mengenal Allah dahulu baru kamu dapat melihat Allah!

Ayahku!
Ilmu mengenal Allah itu bukankah berkhaluat dengan Allah di tengah sepi malam dan siang lalu berzikir yang panjang tidak ada sudahnya Astigafirullah! Astagfirullah! Astagfirullah!
Allahumasolli-ala syadina MuhammadWaala alihi wasahbihi wassallim!
Allah! Allah! Allah!
dan kemudian kita mendapat bai’at dari guru kita!

Anakku!
itu tidak betul anakku, tidak!
Melainkan ilmu mengenal Allah itu; kamu yakin sungguh-sungguh
bahawa setiap yang wujud di bumi di langit
adalah ciptaan Allah anakku!
Dan di sebalik ciptaan-ciptaan itu ada dzat-Nya
jadi di balik pasir-pasir ini dan pasir itu ada dzat-Nya
‘Tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan diketahui-Nya
dan setiap atom yang jatuh dalam kegelapan bumi
baik yang lembap ataupun yang kering; semua itu diketahui Allah!
Dan hendaklah kamu sentiasa mengingat Allah di hatimu!
Berzikirlah dengan hatimu bukan dengan mulutmu!
Itulah ertinya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat!

Ayahku!
Jadi Allah itu ada di mana-mana
ada di Saudi Arabia Gazza Baghdad Parsia Shina Amerika
ertinya Allah itu lebih daripada satu?
untuk melihat kejahatan dan kebajikan manusia semuanya

Anakku!
Itu salah!
Itu tidak betul anakku!
Allah itu Tunggal Allah itu Yang Maha Esa!
seperti mentari itu kelihatan di Suadi Arabia Gazza Baghdad
Parsia Shina Amerika
kelihatannya banyak tapi sebenarnya satu
Allah itu Al-Baari’u Allah itu Maha Penata
penata pergerakan mentari dan segala cekerwala di pasaknya
penata manusia di bumi dan segala organ di dalam tubuhnya

Ayahku!
Jadi saya keliru saya salah ayahku
maafkan atas kebebalan saya ayah!
Ampuni hamba-Mu yang kerdil hina-dina ini ya Allah
ampuni hambu-Mu yang doif ini Ya Allah!

Anakku!
dulu kamu sering bilang sekolahmu itu letaknya
jauh tapi dekat! Dekat tapi jauh!
kerana ilmu kamu belum sempurna
Tapi sekarang kamu tahu beda jauh dan dekat!
Benarlah Allah itu jauh bagi mereka yang buta
tapi Allah itu dekat bagi mereka yang celik!

Suratman Markasan
13 Syaaban 1430 – 4 Ogos 2009
Woodlands Avenue One

Tahukah kamu di mana ayah menyimpan dinarku?
Tentu kamu tahu, tika ayah meletakkanya di dalam pundi
kerana kamu menyaksikannya ketika itu
lalu ayah meletakkan pundi itu di dalam peti
ibumu yang melihatnya kamu tidak
tapi ibumu tidak tahu berapa dinar semuanya
kerana yang menghitung ayah sendiri ibumu tidak!

4 comments » | poetry

Allah Jua Yang Tahu

July 17th, 2009 — 10:28pm

oleh Amran Abdul Wahab

Mana saja engkau bersembunyi
Tiada tempat tiada ruang
Yang kau boleh bersembunyi diri
Dalam gelap pun Allah tahu
Apa ilmu yang kau guna pakai
Jangan kau mahu temberang
Kau bukan hero
Si Mamat parang tajam
Yang kaki temberang

Allah jua yang tahu
Akan tingkah laku mu
Dia tiada perlu kehadiranmu
Hanya Dia mahu engkau sujud padaNya
Itu pun sukar buat mu
Berbagai alasan kau lagukan
Berbagai rentak kau tari kan
Kau ingat kau dah pandai
Kau lupa daratan
Engkau perkecilkan Tuhan

Allah jua yang tahu

Depan guru …..
Depan sahabat …..
Kau sungguh hebat
Pijak semut pun tidak mati
Engkau lupa Allah Maha Tahu
Dengan siapa kau hendak menipu
Insaflah diri mu
Berlebihan derajatmu

Tanpa Allah
Kamu ada ke
Wujud Allah
Wujud ke kamu

Sesungguhnya
Dia dekat dengan mu
Lebih dekat dari urat tengkok mu
Tiada ke kau malu

Sesungguh nya
Allah Maha Tahu

1 comment » | poetry

God, you are really great!

July 17th, 2009 — 10:25pm

written by Hussien bin Abdul Latiff

Ant Junior asked his mother
“Why must we live down under
In the Earth and in darkness
Storing foods at all creases.”

Junior added further
“Why can’t we live up there mother?”
Pointing to the earth’s surface
“Like all the human race?”

“I want to run on the ground
Climbing trees abound
To feel the wind on my face
Until I am daze!”

“Why mother why can’t I be like them
Living on Earth in such mayhem
Instead of these cramming tunnels
Running deep in the Earth as channels?”

Ant mother looked at him and said
“I couldn’t answer what you have said
But I’m sure God knows what is best
In giving us this place of rest.”

Ant mother continued in zest
“Knowing that God is the Wisest
All He had done are the best
Even to us living in this Earthly nest.”

Then they heard commotion
All the ants are in motion
“Fire, fire!” they were shouting
Deep into the Earth they are running.

The fire raged day after day
Deep into the Earth the ants did stay
Nourished by the food they had stored
Deep in the Earth’s creases they are placed.

After many days the fire had died down
All the ants were on the Earth’s ground
So great the devastation they witnessed
Every one of them were astounded.

All the trees were plundered
All the animals were massacred
Many humans were executed
By the raging Fire they were butchered.

“Now, Junior”, his mother said
“Do you know why we are safe?”
Junior nodded his head and replied,
“Yes, because deep in the Earth we stayed!”

“Do you now see how great is God’s Wisdom
Otherwise we too would have met our doom!”
Junior nodded his head and whispered
“God, You are really Great!” he said.

Comment » | poetry

Majulah Singapura

July 9th, 2009 — 12:36am

written by Hussien bin Abdul Latiff

Ahmad and Lim Ah Poh
From Secondary one to four
They were in the same school
The Brilliance Secondary School.

They just could not be together
Fight ensued when they met each other
“Hoi Cina Bukit”[*], Ahmad would shout
“Hoi Budak Kampung”[†], Ah Poh would retort

That were their lives in the School
Fighting each other was the rules
When they finished their secondary education
They went to different Pre-University Institutions .

When his Pre-University Studies did end
Ah Poh continued his studies in England
At Joan Woodward’s Hostel he resided
At Queensway London, it was situated.

After a few months staying in London
Loneliness made him sight and frown
It was either he was in the University
Or back in his room to study.

On a few occasions he did walk
At Hdye Park, he listened to the Talks
But then again back to his room
Studying and feeling gloom.

Then one day he felt hungry
To the Kebab Shop he went hastily
Situated just at the corner of Queensway
From his hostel was not far away.
After placing his order he waited
That was when he was shocked
Into the shop a familiar face
Ahmad “the Kampung Boy” had surfaced.

“Hoi Kampong Boy!”, Ah Poh exclaimed,
“Hoi Cina Bukit”, Ahmad denounced
But to the surprised of every one there
They embraced each other in glee.

“What are you doing here?” Ah Poh asked,
“I am in the University” Ahmad replied.
“What about you?” Ahmad inquired,
“I’m too in the University!”, Ah Poh said.

Since that day they became closed buddy
Always together almost every day
No longer were they enemies
When they were in their secondary studies.

One Summer day, Ahmad was in Ah Poh’s room
They decided to open the widow to air the room
It was a beautiful Summer’s day
The Sun was shining with splendid rays.

Then Ahmad shouted with gay
“Hei do you know what day is today
It is the 9th of August do you remember?”
Ah Poh replied, “Sure I remember!”

Then they held each other hand
Facing the open widow, they sang
“Majulah Singapura, Majulah Singapura!”[‡]
The room was full of aura.

Then suddenly they heard voices booming
From the neighbouring houses they were coming
The voices were shouted almost together
“Shut the window, bloody Foreigners!”

[*] Degrading remark about a Chinese coming from the hill. The equivalent  of the present “Ah Beng”
[†] Degrading remark about a malay coming from the “kampong”. Kampung in the early days was a wayward malay village.
[‡] It meant, “Progress Singapore, Progress Singapore”, it is the Singapore’s National Anthem

Comment » | poetry

Angel

June 27th, 2009 — 2:17am

written by Hussien bin Abdul Latiff

A few miles into the Desert Jane drove
Wanting to view the Desert’s Grove
It was late evening when she did stop
Facing a small Hill about 25 feet to the top .

Leaving on her Jeep’s lights
On her feet to the top of the Hill she flight
Wanting to savour  the Desert’s delight
Picturesque in the evening light

She took a Jacket and a Bottle of drink
As she went onto the Hill’s brink
From the Hill, she breathe the sight
The majestic view did make her sigh

Then from behind she did hear
A strange sound approaching near
When she turned the Sky was dark
A small Cave on the Hill she dove like Lark

From the Entrance of the Cave she watched
It was raining sands everywhere she looked
She waited a long time but it did not stop
In the end she fell asleep at the spot.

After a long slumber she woke up
From the Entrance she saw the Sun was up
She stood up and rushed outside
Everywhere only sands in sight

There was no more hill standing
The sands had risen to the Cave’s footing
Her jeep could no longer be seen
In the unending sand it was hidden .

In the early morning light she decided to track
Walking through the Desert to find her way back
She walked back the direction she came
Carrying her Bottle of water in her Jacket seam.

As the Sun got higher and higher
The heat was too much for her
She drank a little as could be
The water she needed to preserve.

When the heat was unbearable to bear
She sought refuge under a hugh Boulder
There she waited for the evening
Before she started again her walking

When the sun set, the night was black
She was lucky to find a place to rest her back
In the night it was cold and quiet
With her Jacket and Jean she managed.

In the next morning light she started again
Seeking refuge when the heat was burning pain
In the evening she started once again
But this time her water none remain.

Feeling thirsty and hungry she slogged
Her throat and mouth were patched
When the night came so suddenly
She was caught with no place to lay.

So she trodded on in the night
Hoping to reach the end of the Desert
When her foot slipped and she fell free
Down a Ridge she failed to see.

Fortunately the Ridge was but small
As she tumbled down her body hit a wall
Her hands started to rub the wall
It was but a big boulder along the fall.

There she lay exhausted in great pain
Her throat  and her lips were slain
She knew then she could not survive
Another onslaught of the desert’s drive

She began to think of her parents
Their kind and loving faces apparent
She cried her heart in pain
Knowing she would not see them again.

Then she began to think of God
Never in her life she gave Him a thought
Then strange thing that night did occur
The first time in her life she said a prayer

“Oh God, I am never a believer
Hence I ignore You altogether
But if You really exist as they say
Please send an Angel to where I lay!”

She thought of her parents again
And her tears fell unrefrained.
Soon after she fell asleep
As the dark night began to creep.

That morning a few feet from the Ridge
A Husband and wife scientists did lodge
Their camp together with their instruments
To study the desert’s predicament.

Together they brought along their daughter
Who would be 5 years old two days later
And who was staring up the Ridge
A red colour thing her eyes did see.

What she saw was Jane’s sneakers
Her curiosity made she went hither
When to the colour she came nearer
She saw Jane sleeping beside the boulder.

“Hi there are you alright?” she said
Jane woke up startled and afraid
Before her was a small figure
Jane watched feeling unsure.

Then the figure moved toward her
Sitting down and grasped her fingers
“Are you alright Lady?” the voice say
Jane just do not know what to say.

Then Jane heard another voice clearly
“Angel, I coming to get you!” a voice of a Lady.
Jane tears fell and in her heart she did pray,
“Thank you God, You really exist,” she did say.

Comment » | poetry

Kukata

June 27th, 2009 — 2:13am

written by Hussien bin Abdul Latiff

Kukata was one year old
His parents perished in the Typhoon’s fold
To all Fishermen it was a common disaster
Many young ones left without mother and father.

He was then adopted by his uncle
Who is married but no children to cuddle
So Kukata grew up until he was fifteen
With his uncle who was also a fisherman.

At this age Kukata began to pay attention
Many Villagers did always mention
That he was but an adopted son
After his parents were killed by the typhoon

Afraid to ask his adopted father
He approached his mother’s brother
He confirmed what the villagers did mention
Kukata was but an adopted son

Since that day his life was fill with sadness
Inferiority feeling came to harness
Every day was but a torment
In his heart he cried and lament.

Eventhough he was sad and despair
He kept his griefs and did not air
Sparing his adopted parents feeling
Should they know there was no tellings.

That morning he left with his father
In a boat they row together.
However fish they could not gather
From spot to spot they move hither.

Unknowingly they entered the areas
Control by uncivilised Savages
Soon many boats surrounded them
The Savages drawing weapons at them.

After a few tensed minutes locked
The Savages Chief spoke
“We need only one life to offer
To our God, the Mountain Retainer!.”

The Chief then  continued
“So choose between you
Which one shall die!
Or what a choice, fie! fie!”

Immediately Kukata fraught
He was an adopted child, he thought
His life meant nothing to his father
He was sure his life his father would offer.

To his surprise he heard his father said,
“Take me in his stead
As he is my son, the only son I have!”
His father to the Chief did rave.

To his men the Chief then signalled
Into their boat his father was pulled
Then his boat was pushed away
The Chief signalled for him to go his way.

He took the paddle and turned  to his father,
“Father, is it true  I am your  son, your only son?”
His father looked at him and what he said
Kukata would never forget until he is dead.

“You are my son, my only son
There is no others but you the one
No words can ever show my love for you
The truth is, now my life is you!”

KUKATA

Comment » | poetry

Lights

June 19th, 2009 — 11:45pm

written by Amran Abdul Wahab

If you dim the light  ….

What will you see?
If you killed the light will you see?
Is this mysterious ….
Or does mystery occurs by itself…
Tell me friends…

From afar you see …..
A sparkle dim light
Seem too bright for the naked eyes
An inch away will blind your sight
That’s goes for the Essence of All Mighty
Even Moses is prohibited to see
At Mount Sinai fainted He
At the sight of The Light

I seek your guidance
To be within Your Circle of Light
Oh Mighty One ……
Nor can I see the present of Thy Essence

Just to be with You
In the arm of Your Lights of Iman…
Only will I feel safe
Oh Mighty One
Bless me  ….
Oh You The Mighty Essence
That’s all just what I ask…

Please grant me…
Oh One and Only Mighty Gracious
Shower me with Your Light
For to Thee astray
I should not be…

Let me be in Your arm….

Amin ….

Comment » | poetry

Ali & Aliya

June 19th, 2009 — 11:42pm

written by Hussien bin Abdul Latiff

50 years Ali and Aliya been married
She was 23 and he was 24 when they first dated
After a year they tied the knot
After both their parents gave their nods.

Now they are seventy three and seventy four
Aliya was not as healthy as before
Just a few months ago she slipped
Her pelvis in several place was fractured.

She was admitted into a hospital
She was operated because of the fall
She was discharged a month later
Walking with a crutch supporting her

During her one month stay in the hospital
Ali was by her side thoughout the ordeal
Day and night without fail
Encouraging her with loving calls

Now they are back at home nicely
But she needs treatment twice monthly
The hospital was in another town
6 hours journey, Ali frown.

After much discussion they decided
To sell their house and moved
Log barrel and all
To a house very near the hospital

After a few months in the new residence
On her crutch with Ali’s assistance
Aliya was on hobbling home after treatment
When they passed a group of young men

Suddenly one of the men shouted,
“We hate strangers in our town resided!”
Suddenly they kicked Aliya’s crutch
She fell to the ground after a lurch.

The young men then rushed toward her
Wanting to stamp their feet over her
That was when Ali bodily covered her
He was kicked instead of her.

So vicious was their attack
Ali was unconscious on the track.
Before unconscious, they all could hear
He said “I won’t let them hurt you my dear, !”

Ali was in the hospital for 7 days
Beside him Aliya sat and stay
Tears fell almost everyday
Watching Ali unconscious day by day.

He is the only man she loves
The only man who she knows
There was never another
Her heart belong to him and no other.

She held his hand and said in a soft tone
“Don’t you die and leave me alone
I can’t bear to live without you
This world is empty if I’m without you!”

All the doctors and nurses did hear
Aliya’s lamentation so clear
Tears too roll down their cheeks
To note the pains love did reek.

Soon words spread around
First the hospital then the town
Many best wishers came around
Watch the loving couple feeling astound.

Then miracle happened on the 10th day
Ali gained consciousness in the midday
He sat upright on is bed so suddenly
Sending well-wishers and Aliya in frenzy.

Ali said something everybody did hear
“Aliya, Aliya where are you my dear?”
When he saw Aliya by his side
He held her face and they embraced.

“Thank you God for keeping her alive
I do not mind sacrificing my life
just to see her one more day in my life!”
Ali thanking God that she survives.

Tears fell from his eyes
Tears fell  from Aliya’s eyes
Tears fell from the many well-wishers
Tears too fell from the nurses and doctors.

7 days more in the hospital he did stay
Aliya was by his side all the days
The hospital discharged him
Since he was then fit and trim.

Ali and Aliya left the ward
To the main Entrance they walked
At the Entrance they stood in shock
So many strangers at the Entrance did flock

On seeing them they all clapped their hands
A stranger with a Mayor’s cap took their hands
Leading them to a strange structure
Covering in a large clothes in white.

The structure clothed in white stood
In the small garden at the Entrance’s foot
All those present shouted encouragement
For Ali and Aliya to pull the white garment.

When they tugged at the white clothes’ cord
They were shocked beyond words
Stood there are their busts in embrace
And a caption below it did state,

“I do not mind sacrificing my life
just to see her one more day in my life!”

Comment » | poetry

Kau satu ilham daripada Loh Mahfuz

June 19th, 2009 — 11:31pm

oleh Hussien bin Abdul Latiff

Kau satu ilham daripada Loh Mahfuz
Yang di turunkan kepada sejenis makhluk
Dengan ilham itu kau mendapat nama
Nama yang diberikan adalah “Manusia”.

Kau satu ilham daripada Loh Mahfuz
Yang di turunkan kepada ibu-bapamu
Dengan ilham itu kau mendapat nama
Rahimah, Rahim, Ali dan Aliza.

Kau satu ilham daripada Loh Mahfuz
Yang di turunkan kepada kau semua
Dengan ilham yang diturunkan itu
Kau berlagak seperti Manusia.

Kau satu ilham daripada Loh Mahfuz
Yang menjadi penuntun bagi hidupmu
Dan segala tindak tandukmu
Untuk kamu hidup sebagai Manusia.

Kau satu ilham daripada Loh Mahfuz
Pelan Induk Allah Maha Bijaksana
Tidak ada yang dilupakanNya
Loh MahfuzNya adalah sempurna.

Maka menjadi rukun iman ke enam
Semua sudah ditakdirkan Tuhan
Kalau kau ingat masih boleh diubahsuai
Maka kau masih belum beriman.

4 comments » | poetry

Jam Dinding

June 8th, 2009 — 6:09am

oleh Amran Abdul Wahab

Walaupun kau berdetik bising
Namun kau tidak pernah runsing
Engkau pengamanah
Manusia juga yang lalai kering
Mata selalu menjeling
Memperhatikan tanganmu berpusing
Bukan untuk menunggu masa yang terjamin
Di hujung waktu mula mengelapah
Baru berwuduk mencari sejadah
Mahu merendahkan diri pada Si Penjamin

Wahai jam dinding
Engkau sungguh ta’at menjalankan tugasan mu
Tiada pernah engkau menerima rasuah
Untuk melambatkan waktu
Begitu juga kawan rapatmu
Hang mentari, Sri purnama
Kamu berganding bahu
Menjalankan perintah Tuhan mu
Sesaat pun engkau tidak pernah jemu…
Taat selalu…

Wahai jam dinding
Aku tahu engkau memang amanah
Pada Tuhan mu
Yang juga Tuhan ku

Demi masa …..
Firman Allah Tuhan semesta
Kerugian bagi mereka yang melekakan kamu
Meranalah nanti mereka di hari tua
Masa muda mereka membuang masa
Masa berada pula berfoya-foya
Membuang harta dan masa begitu saja
Mengigit jarilah nanti akhirnya

Wahai jam dinding
Engkau penjaga waktu
Ramai yang tidak mengendahkan kamu
Sesaat detikmu
Nilai manusia menjadi sia-sia sesaat itu
Kesedaran tiada wujud
Bagi yang melekakan kamu

Wahai jam dinding
Bila kau berhenti berpusing
Waktu itu tiada sesiapa pedulikan sekeliling
Di waktu itu pintu taubat sudah menjadi asing
Padang berumput menjadi kering
Bumi dan langit dilipat tidak bertebing
Kerugian manusia pasti terjamin

Wahai manusia beringatlah selalu
Ingatlah akan firman Tuhan mu
Ingatlah akan pesanan Rasul mu
Masa tiada waktu mengejar kamu
Jangan biarkan dirimu mengejar waktu
Hormati lah masa
Waktu itu baru  berharga diri kamu

Demi masa…
Benar firman Tuhanku

2 comments » | poetry

On your retirement, dear

May 23rd, 2009 — 11:27pm

Now you have retired
Your employment has ceased
Forty over years you served
With dedication unreserved

Oh! how I recall those days
Before the visiting morning rays
You are ready prime and gay
Looking forward to earn your pay.

Oh! how I used to laugh
Seeing you off in a rush
As if time is not enough
Being employee looked so tough.

Then in the evening you came back
This time you looked so slack
The day works seemed to wreck
All energy your body packed

After dinner, at the desk you are glued
Piles of working papers inundated
In your world you were locked
You were all famished by nine o’clock.

Then slowly yours eyed closed
On your chair you dozed
Only to wake up later
Then on the bed you faltered.

Now those days had gone bye
You are free as the birds that fly
Free to do as you wish
Retirement is everybody wish.

But wait, who is that lady with a hat?
Swinging a saber with no regret
Swiping the weeds and tall grasses
Leaving them short on their asses

Oh Oh! it is you, my love
A Gardener you now, behove!
What an amusing sight to behold
A civil servant now in a Gardener’s role

Wow! What now my darling?
The house is in sprint cleaning?
I really admired your energy
Retirement is for you a synergy

Then suddenly one week later
Back pain ran you asunder
Now a real gardener you employed
Gardening to you is no more joy.

Now every week I have to attend
Massaging your back in pain
Suddenly a masseur I become
For you my dear, it is most welcome.

Suddenly our house is back to nomal
Just like before your retirement call
Now you are really retired, my girl
And your back pain is the scoundrel.

1 comment » | poetry

Making each other laugh is a treat

May 23rd, 2009 — 11:20pm

As we walked hand in hand
Strolling slowly unrestraint
You smile at me and I at you
It withers all the blues

I know and you know
We wish the children too know
How much we missing them
How much we yearning to see them.

From breakfast till dinner,
We both ate alone hither
Unaccompanied by children
Dinner table is but a zen.

How long more can we survive
Age is succumbing non-revive
Yet the children are far off
Forgeting us in a huff.

The present one with us
Secluded in her world unfuzz
Never a day did she spend
Sitting together with us, her parents.

So there you are my love,
There is only I and you,
Each day we up to our trick
Making each other laughed is a treat.

1 comment » | poetry

Back to top